Metallurgy

BLISA NOVERTASARI .S

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

Metal merupakan elemen khemis yang sering lebih sulit untuk mengkharakteristikkannya daripada elemen yang lain. Biasanya pada keadaan normal metal merupakan benda padat, kecuali Hg (mercury) dan kemungkinan juga Gallium yang berbentuk liquid. Hydrogen juga merupakan gas pada temperatur kamar yang normal. Logam mempunyai sifat khas yang sulit dimiliki oleh substansi lain, yaitu bila dipolis menunjukkan permukaan yang berkilat. Secara umum, metal yang beku lebih keras, lebih kuat dan lebih padat daripada elemen-elemen yang lain. Metal mempunyai karakteristik yang lain yaitu mereka merupakan thermal dan electrical konduktor yang baik. Dalam hal ini definisi yang baik untuk suatu logam bila dipandang dari sudut khemis bukan dari sudut fisisnya, yaitu setiap elemen khemis yang berionisasi positif didalam larutannya disebut dengan logam.

Metalloids merupakan thermal dan electical konduktor yang baik tetapi tanpa berionisasi positif dalam larutannya, misalnya carbon, silicon, dan boron. Bahan-bahan ini dibeut metalloids karena sifatnya yang semi-metallic.

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A. Solidifikasi Logam

            Logam dapat diidentifikasikan menurut titik cairnya, titik didih dan sifat dasar fisis/khemis. Bila suatu logam dicairkan kemudian didinginkan dan bila temperatur dan waktu selama pembekuan dicatat, maka akan diperoleh suatu curve berikut.

Kelihatan temperatur akan turun secara teratur mulai dari A sampai B’ kemudian terjadi sedikit kenaikan temperatur sampai di B dan menjadi konstan sampai di C. Setelah ini temperatur kembali turun secara teraur sampai ke temperatur kamar. Tf merupakan Fusion/Melting Temperatur yang merupakan bagian yang lurus dari grafik.

Selama pembekuan akan terjadi pelepasan panas ketika logam tersebut berubah dari bentuk liquid sampai solid. Hal ini terjadi oleh karena adanya tenaga yang dikeluarkan bila cairan berubah menjadi padat. Panas ini disebut Latent Heat of Fusion. Pendinginan permulaan sampai B’ disebut dengan Super Cooling dan pada saat inilah terjadi permulaan kristalisasi.

 

Mekanisme Solidifikasi

            Kristalisasi logam terbentuk oleh adanya difusi atom-atom yang dimulai dari inti kristalisasi yang terbentuk selama periode super cooling. Bila telah terbentuk inti ini maka kristal-kristal akan mulai tumbuh dan bercabang keluar berbentuk seperti Dendrite. Kristal-kristal ini tidak berbentuk secara teratur, tetapi membentuk posisi lattice secara tidak teraur. Metal merupakan bangunan dari berjuta-juga kristal yang kecil dan disebut dengan Poly Cristallin. Setiap kristal disebut dengan Grain dan grain ini tumbuh terus sehingga akhirnya akan membentuk Grain Boundaries.

            Solidifikasi dapat digambarkan sebagai pertumbuhan inti kesegala arah yang berbentuk bola dan dalam waktu yang bersamaan bertambah besar secara konstan. Bila bola ini bertemu akan terjadi bentuk yang datar sepanjang permukaan yang bertemu itu. Walaupun demikian ada kristal-kristal yang tetap berbentuk spherical dan mempunyai diameter yang sama. Kristal seperti ini disebut Equiaxed.

Kontrol Terhadap Ukuran Kristal

            Pada umumnya metal yang mempunyai ukuran kristal yang lebih kecil akan mempunyai sifat-sifat fisis yang lebih kuat. Oleh karena itu, merupakan suatu keuntungan untuk mendapatkan kristal yang kecil sewaktu casting. Dalam hal ini berhubungan dengan banyaknya inti kristalisasi sewaktu solidifikasi. Makin banyka inti makin banyak kristal dan tentunya dalam ukuran yang kecil. Hal ini dapat dikontrol dengan mengatur kecepatan pendinginan dimana lebih cepat keadaan liquid menjadi solid akan terjadi kristal yang lebih kecil. Apabila kristal yang terbentuk lebih cepat daripada pembentukan inti kristalisasi, kristalnya akan menjadi lebih besar. Dengan perkataan lain, pembentukan inti kristalisasi yang lebih cepat akan didapatkan ukuran kristal yang lebih kecil. Inti kristalisasi terbentuk selama waktu super cooling dan lebih besar derajat super cooling maka makin cepat pembentukan inti itu.

 

Grain Boundaries

            Grain boundaries merupakan suatu daerah transisi diantara lattice yang berbeda tetapi bertetangga. Struktur lattice yang tidak teratur pada batas-batas kristal mengakibatkan sifat-sifat yang berbeda daripada sifat kristal itu sendiri. Batas kristal mempunyai resistensi yang lebih rendah terhadap gangguan khemis daripada kristalnya sendiri. Sebagai akibat keadaan ini pengotoran didalam metal sering terdapat pada grain boundaries daripada dalam kristalnya sendiri.

 

B. Wrought Metal (Logam Tempa)

            Logam tempa merupakan logam-logam yang memperlihatkan sifat-sifat metallurgy yang tertentu dan umumnya tidak mempunyai hubungan dengan sifat-sifat struktur casting. Oleh karena itu logam tempa adalah setiap struktur logam yang dibuat secara mekanis dari logam casting.

 

Deformasi Logam

            Stress yang ada dibawah proportional limit akan menyebabkan atom-atom didalam space lattice kristal hanya berpindah tempat dan menghasilkan strain yang bila stress dihilangkan kembali mereka akan kembali keposisinya semula. Sebaliknya, bila stress melampaui proportional limit akan terjadi deformasi permanen dan truktur tersebut tidak dapat kembali seperti semula, walaupun load telah dihilangkan. Bila perubahan bentuk ini berlangsung pada temperatur kamar disebut Cold Work, sedangkan pergeseran atom-atomnya disebut dengan Slip.

 

Slip Interference (Rintangan Pergeseran)

            Slip interference adalah pergeseran yang timbul pada bagian dalam kristal tetapi akan sukar terjadi pada batas-batas kristal. Suatu metal yang diberi load akan menyebabkan pergeseran atom-atom sehingga terjadi slip. Pada logam ply kristalin bila terjadi slip dalam suatu kristal tunggal semua kristal juga akan mengalami slip yang sama besarnya. Umumnya batas kristal tidak rata sehingga pergeseran kristal antara satu dengan yang lainnya akan sukar terjadi.

 

Strain Hardening (Pengerasan oleh Strain)

            Suatu logam dapat disebut lebih kuat dan lebih keras oleh karena atom-atomnya lebih sulit berpindah tempat. Metode-metode untuk merubah sifat suatu logam sehingga menjadi lebih kuat dan lebih keras disebut dengan strain hardening. Proses ini merupakan suatu hasil dari Cold Work. Kadang-kadang warna dari metal dapat berubah dengan jalan strain hardening. kekerasan permukaan, strength dan proportional limit dari metal akan bertambah dengan strain hardening. sebaliknya ductility dan resistensi terhadap korosi akan berkurang.

 

Annealing

            Efek yang terjadi sehubungan dengan cold work misalnya strain hardening akan merendahkan ductility dan perubahan-perubahan grain, dapat dihilangkan dengan sedikit pemanasan pada metal tersebut. Proses ini disebut annealing yang merupakan proses yang relative, lebih tinggi titik cair metal yang dikerjakan lebih tinggi temperatur yang diperlukan untuk annealling. Terdapat 3 stage annealing, yaitu:

Stage I             : Recovery

                        Terjadi sedikit penurunan tensile strength, tetapi ductility tidak berubah.

Stage II           : Rekristalisasi.

Terjadi perubahan micro struktur (grain) yang radical. Pada temperatur ini atom-atom bergerak atau berdifusi dengan membentuk struktur kristal yang kecil dan regular. Grain yang lama digantikan oleh grain yang baru yang bebas strain.

Stage III          : Grain Growth

Bila logam itu dipanaskan pada temperatur tertentu/terlalu tinggi atau dengan waktu yang terlalu lama dengan temperatur yang lebih rendah, kristal-kristal dapat bersatu dan bertumbuh.

Annealing dapat dihentikan dengan memasukkan struktur panas tersebut kedalam air, yang disebut dengan proses Quenching.

 

Gold Foil

            Emas merupakan bahan yang paling malleable sehingga dapat dibuat lembaran-lembaran yang sangat tipis yang dapat ditembus oleh cahaya. Oleh karena emas murni itu lunak maka tidak dapat dipakai didalam mulut kecuali dalam bentuk gold foil. Emas murni termasuk logam yang tidak mengalami tarnish dan korosi dalam keadaan murni. Bila permukaan foil itu benar-benar bersih maka dapat dipatri sehingga berkontak satu sama lain yang disebut Cohesive Gold Foil. Ada kemungkinan foil ini terkontaminasi dengan gas sehingga tidak mau dipatri yang disebut Non Cohesive Gold Foil, ini disebabkan oleh karena adanya gas-gas yang diabsorber oleh gold foil tersebut. Untuk menghilangkan gas atau kotoran pada permukaan gold foil dapat dilakukan dengan pemanasan yang disebut Degasing.

 

C. Alloy

Klasifikasi Alloy

Menurut jumlah elemen:

  • Binary alloy : terdiri dari 2 elemen
  • Ternary alloy : terdiri dari 3 elemen

Menurut kelarutan :

  • Solid solution : alloy yang mempunyai atom-atom yang bercampur secara teratur didalam space latticenya dengan struktur yang lebih homogen.
  • Alloy eutetik : alloy yang tidak soluble secara kompleks atau hanya sebagian soluble, sehingga ada bagian yang mempunyai kristal dari satu logam murninya.
  • Intermetallic compound : alloy yang membentuk formula kimiawi yang baru.
  • Mixed alloy : campuran dari ketiganya.

Solid Solution

            Contohnya adalah sulfur yang dicampur dengan paladium sehingga akan membentuk cairan sulfur dalam paladium. Dalam hal solid solution, solvent adalah metal yang mempunyai space lattice tetap seperti semula, dan solute adalah logam yang lain. Bila kedua logam mempunyai space lattice yang sama, solvent adalah metal yang mempunyai atom lebih dari ½ jumlah keseluruhan atom dalam space lattice.

Faktor yang Menentukan Solid Solution, yaitu:

1. Ukuran atom

Bila ukuran atom metal tersebut berbeda tidak lebih dari 15% maka merupakan hal yang cocok untuk terjadinya solid solution. Namun, bila lebih dari 15% akan terjadi alloy eutektic.

2. Valensi

Metal dengan valensi dan ukuran yang sama lebih mudah akan membentuk solid solution daripada yang berbeda valensinya. Bila valensi berbeda, metal dengan valensi yang lebih tinggi lebih mudah larut dalam metal dengan valensi yang lebih rendah.

3. Chemical affinity

Bila metal tersebut mempunyai chemical affinity yang tinggi mereka lebih cenderung untuk membentuk intermediate phase selama solidifikasi.

4. Type lattice

Metal dengan tipe lattice yang sama dapat membentuk solid solutions secara complete, terutama bila ukuran atom berbeda kuran dari 8%.

Sifat Fisis Solid Solution

            Bila terjadi substitutional struktur lattice dari metal solvent dapat terjadi ekspansi atau kontraksi oleh karena masuknya atom-atom solute. Bila atom solute menggantikan atom solvent, perbedaan ukuran atom akan menghasilkan distorsi yang terlokalisir didalam lattice, sehingga slip sukar terjadi, sehingga strength, proportional limit dan kekerasan permukaan akan bertambah, sedangkan ductility menurun. Dengan kata lain, alloying metak akan dapat memperkuat metal tersebut.  Secara umum, lebih banyak metal solute ditambahkan kedalam solvent strength dan hardness yang terjadi akan menjadi lebih besar.

Constitutions Diagram dan Coring (Pembentukan Inti)

            Pada titik B dimulai solidifikasi dan terjadi sebagai alloy liquid, sedang yang sebagian lain solid. Sampai pada titik C dimana semua alloy menjadi solid. Garis yang menghubungkan titik B disebut dengan Garis Liquidus. Sedang garis yang menghubungkan titik C disebut dengan Garis Solidus.

            Bila temperatur turun sampai titik B maka terbentuk nukleus pertama yang terdiri dari inti Paladium, tetapi setelah temperatur turun seterusnya maka pembentukan inti paladium berkurang dan digantikan dengan pembentukan inti Ag sampai keseluruhan alloy ini menjadi padat pada keseluruhan titik C. Pembentukan core (inti) dimulai oleh logam yang mempunyai titik cair yang lebih tinggi diantara dendrite dan matrix.

 

Alloy Eutektik

Constitution Diagram Silver Copper System

Garis ABEGD : garis solidus

Garis AED : garis liquidus

Garis solidus dan liquidus bertemu pada titik E.

Sifat fisis alloy eutektik :

  1. Tidak tergantung dari komposisinya
  2. Mudah menjadi brittle oleh karena ada bagian yang insoluble, sehingga strength dan hardness akan menurun.
  3. Mempunyai titik cair lebih rendah daripada metal aslinya

 

Sifat fisis alloy secara umum untuk dijadikan dental restorasi:

  1. Mempunyai derajat resistensi terhadap tarnish dan korosi didalam mulut.
  2. Resistensi terhadap stress tanpa menimbulkan deformasi permanen atau fraktur.

 

Kontrol terhadap Sifat-Sifat Fisis

Ada 3 jalan memperbaiki sifat-sifat fisis dari alloy yaitu :

1. Strain hardening

Selama strain hardening dari suatu restorasi menyebabkan pergeseran atom atau grain, sehingga akan lebih menyulitkan terjadinya slip apabila diberikan stress lebih lanjut.

Effek   : Proportional limit, ultimate strength dan hardness bertambah, tetapi ductility berkurang

Relief  : alloy dipanaskan sampai temperatur rekristalisasi sehingga terjadi relaksasi. Atom-atom berdifusi pada posisi yang baru dengan ukuran grain yang terkecil.

2. Alloying

Logam-logam yang berlainan dan dialloykan satu dengan yang lain sehingga atom solute akan menggantikan atom-atom solvent didalam grain secara teratur.

Effek   : Proportional limit, ultimate strength dan hardness bertambah, tetapi ductility berkurang, oleh karena adanya gaya tarik-menarik atom solute yang lebih besar dari atom-atom solvent sendiri, sehingga atom solvent akan berpindah tempat dari posisinya yang biasa.

Relief  : effek ini permanen dan khas untuk suatu komposisi alloy tertentu.

3. Heat treatment

Effek   : Proportional limit, ultimate strength dan hardness bertambah, tetapi ductility berkurang oleh karena super lattice berbeda dengan lattice yang semula sehingga akan menghalangi terjadinya pergeseran.

Relief  : alloy dipanaskan sampai temperatur tinggi kemudian dilakukan quenching, sehingga sifat-sifat lain akan menurun.

 

DAFTAR PUSTAKA

  1. Syafiar L, Rusfian, Sumadhi S, Yudhit A, Harahap KI, Adiana ID. Bahan Ajar Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran gigi. 1st ed, Medan. USU Press, 2011: 204-22.

Dental Semen

BLISA NOVERTASARI .S

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

Pada awal abad ke 20, material kedokteran gigi yang digunakan sebagai retensi dan marginal seal pada protesa-protesa seperti inlays, onlays, mahkota, dan jembatan gigi hanyalah zinc oksida euglenol dan zinc fosfat semen. Pada abad ke 20,material yang dapat digunakan dalam menempelkan protesa pada gigi hanya semen,oleh karena itu proses memperbaiki protesa dengan menempelkan protesa pada gigidisebut sementasi. Namun menjelang akhir abad ke 20 mulai bermunculan variasi-variasi material kedokteran gigi yang bersifat adhesif. Pada akhir abad ke 20 bermuncuan variasi-variasi semen kedokteran gigi seperti zinc polikarboksilat, glassionomer, dan resin modified glass-ionomer semen. Dalam perkembangannya semen kedokteran gigi tidak hanya digunakan dalam menempelkan protesa pada gigi, oleh karena itu proses menempelkan pada gigi disebut luting bukan lagi sementasi.

Semen gigi yang disiapkan untuk digunakan dalam pelapisan restorasi tidak langsung pada gigi disebut luting. Sebuah survei tahun 2001 menunjukkan bahwa banyak dokter sekarang menggunakan resin modified glass ionomer semen sebagai bahan luting terutama didasarkan pada kemudahan penggunaan, retensi yang baik supaya tidak menimbulkan sensivitas pascaoperasi.

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A. Luting, Basis, Cavity Liners, dan Varnishes

Luting

            Bahan luting merupakan suatu bahan yang kental yang diletakkan diantara struktur gigi dengan protesa untuk melekatkan keduanya, yang mengeras melalui reaksi kimia. Kata luting mengimplikasikan penggunaan suatu bahan yang dapat dibentuk untuk menutup ruang atau untuk menyemenkan dua komponen menjadi satu. Sejumlah perawatan dental mengharuskan perlekatan antara gigi dengan protesa dan alat-alat, dengan bantuan bahan luting.

Basis

            Basis merupakan lapisan isolasi, terkadang berupa medikamen, atau semen yang diletakkan pada bagian dalam preparasi untuk melindungi jaringan pulpa dari injuri thermal atau kimia. Penggunaannya untuk melidungi pulpa dari injuri termal, galvanic shock, dan iritasi kimia, tergantung dengan jenis restorasi yang digunakan. Bahan ini harus memiliki kekuatan yang cukup agar dapat menahan tekanan kondensasi selama peletakan bahan restorasi.

Cavity Liner

            Merupakan lapisan tipis semen yang digunakan untuk melindungi pulpa.

Cavity Varnish

            Digunakan untuk menghalangi masukan iritan dari semen atau bahan restorasi lain, dan untuk mengurangi penetrasi cairan mulut pada interface restorasi dan gigi ke dalam dentin yang berada dibawahnya. Bahan ini memiliki ikatan dengan struktur gigi dan tidak boleh digunakan dengan semen adesif yang bertujuan untuk meningkatkan bond strength ke gigi dan ke restorasi.

 

B. Dental Semen dan Kegunaannya

            Terdapat 2 tujuan utama dipakainya dental semen, yaitu:

  1. Sebagai bahan restorasi tunggal maupun gabungan dengan bahan lain
  2. Sebagai perekat tambalan atau pesawat cekat didalam mulut.

Dental semen merupakan bahan yang memiliki kekuatan yang rendah dibandingkan dengan bahan lain. Bahan ini dapat larut dan mengalami desintegrasi didalam cairan mulut. Oleh karena itu penggunaannya terbatas dan dianggap sebagai bahan restorasi sementara. Kegunaan dari dental semen, yaitu :

  1. Sebagai insulator terhadap thermal shock
  2. Sebagai bahan perekat untuk inlay, crown, band ortodontik, dan lain-lain.
  3. Sebagai bahan pengisi saluran akar
  4. Sebagai bahan tambalan temporer dan permanen untuk restorasi pada gigi desidui
  5. Sebagai bahan pulp capping

 

C. Sifat dan Karakteristik Dental Semen

            Beberapa sifat yang perlu diperhatikan pada dental semen, yaitu:

1. Ketebalan film dan konsistensi

Ketebalan film sangat menentukan adaptasi restorasi dengan struktur gigi. Retensi juga dapat dipengaruhi oleh ketebalan film semen. Konsistensi semen juga mempengaruhi ketebalan film, karena semakin tinggi konsistensi semen maka semakin tebal film yang terjadi sehingga kedudukan semen kurang sempurna.

2. Viskositas

Konsistensi semen dapat ditentukan dengan mengukur viskositasnya. Temperatur dan waktu yang meningkat akan meningkatkan viskositas beberapa semen.

3. Setting time

Setting time semen memiliki kedudukan yang sama pentingnya dengan viskositas. Working time yang adekuat diperlihatkan dengan setting time yang pas.

4. Strength

Standar konsistensi luting dari dental semen harus memperlihatkan minimal compressive strength setelah 24 jam sebesar 70 MPa. Hal ini ditetapkan oleh spesifikasi ANSI/ADA No.96 (ISO 9917).

5. Solubilitas

Solubilitas dalam air dan cairan mulut adalah salah satu sifat dental semen yang juga penting. Secara umum, semen water-based lebih solubel dibandingkan dengan semen resin-based atau oil-based.

 

D. Klasifikasi Dental Semen

  1. Water-based cement
    1. Glass and resin modified glass ionomer cement
    2. Zinc Polyacrylate
    3. Zinc phosphate
    4. Resin-based cement
      1. Composites and adhesive resin
      2. Compomers
      3. Oil-based cement
        1. Zinc Oxide-Eugenol
        2. Noneugenol-Zinc oxide

 

E. Jenis-jenis Dental Cement

1. Zink Fosfat

Komposisi

            Kandungan utama bubuk semen zink fosfat adalah zinc oxide. Garam metalik digunakan untuk mengubah karakteristik kerja dan sifat akhir semen. Magnesium oksida biasanya ditambahkan untukmengurangi proses pada saat proses kalsinasi. Silikon dioksida merupakan filler inaktif pada bubuk semen. Bismuth trioksida ditambahkan untuk menghasilkan campuran semen yang halus dan juga untuk memperpanjang setting time.

Setting Reaksi

            Saat bubuk diaduk dengan cairan, asam fosfor akan menyerang permukaan partikel dan melepaskan ion zinc ke dalam cairan. Alumina yang sudah terbentuk sempurna dengan asam fosfor akan bereaksi dengan zink dan menghasilkan suatu gel zink aluminofosfat   pada permukaan partikel yang tersisa. Semen yang telah set ini berupa struktur inti, terutama terdiri dari pertikel zink oksida yang tidak bereaksi yang tertanam dalam matriks kohesif amorphous zink aluminofosfat. Reaksi ini dihasilkan melalui reaksi eksotermis. Air merupakan hal penting saat reaksi, oleh karena itu komposisi cairan/liquid harus dijaga untuk menjamin terjadinya reaksi yang konsisten selama pengadukan.

Manipulasi

  1. Penentuan rasio P/L sesuai dengan konsistensi yang diinginkan.
  2. Menggunakan mixing slab yang dingin.
  3. Bubuk harus dibagi menjadi beberapa bagian kecil. Pengadukan dimulai dengan menggabungkan bubuk dengan porsi sedikit ke cairan dengan spatulasi yang cepat. Area pengadukan harus cukup luas.
  4. Protesa harus diletakkan segera mungkin sebelum pembentukan matriks terjadi. Dan ditahan dengan tekanan sampai air set. Isolasi tetap dilakukan untuk menjaga daerah tetap kering.
  5. Semen yang berlebih dibuang setelah semen set. Disarankan untuk mengaplikasikan varnish untuk memberikan waktu agar semen matang dan mencegah semen larut karena cairan mulut.

Sifat Fisis dan Karakteristik

1. Sifat Mekanis

Jika semen zink fosfat dimanipulasi dengan tepat maka akan memiliki compressive strength sampai dengan 104 MPa dan diametral telsile strength-nya sekitar 5,5 MPa. Modulus elastisitas zink fosfat semen sekitar 13,7 MPa. Sehingga semen ini agak kaku serta digunakan sebagai bahan luting pada restorasi yang terkena stress pengunyahan yang tinggi.

2. Solubility dan Disintegrasi

Semen ini dapat larut dalam cairan mulut (terutama dalam suasana asam)

3. Keasaman

Karena adanya asam fosfor maka keasaman semen ini cukup tinggi terutama pada saat pertama kali diletakkan pada gigi.

4. Retensi

Setting semen zink fosfat tidak melibatkan reaksi apapun dengan jaringan keras sekelilingnya ataupun dengan bahan restorasi.

Kegunaan

            Berdasarkan konsistensinya, semen zink fosfat dikenal dengan istilah luting yang digunakan pada restorasi alloy. Basis semen zink fosfat digunakan sebagai penghalang termal dan kimia diatas lapisan dentin yang tipis. Namun ada juga konsistensi diantara luting dengan base yang dikenal dengan istilah konsistensi band-seating.

 

2. Zinc Oxide Eugenol (ZOE) dan Non-Eugenol

Komposisi

            Komposisi utama bubuk semen ini adalah zink oksida. White rosin ditambah untuk mengurangi kerapuhan semen yang telah set. Zinc stearate ditambahkan sebagai plasticizer, dan zink asetat untuk meningkatkan kekuatan semen. Eugenol dan olive oil merupakan cairan semen ini yang berfungsi sebagai plasticizer. Semen zinc oxide non-eugenol biasanya mengandung suatu aromatic oil dan zinc oxide. Dapat juga dilakukan penambahan bahan lain seperti olive oil, oleic acid dan beeswax.

Tipe Semen ZOE dan Non-Eugenol

  • Tipe I, semen luting ZOE sementara

Kekuatan semen sementara harus cukup rendah untuk memudahkan penyingkiran restorasi tanpa menyebabkan trauma pada gigi dan merudak restorasi.

  • Tipe II, semen luting ZOE jangka panjang

Sebagian besar semen komersial dibuat berdasarkan dua sistem untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan terhadap abrasi. Sistem pertama menggantikan cairan eugenol  dengan asam orthoethoxybenzoic (EBA), dan penambahan alumina dibubuknya. Sistem kedua terdiri dari bubuk yang mengandung fine partikel polimer dan partikel zink oksida yang telah mendapatkan perlakuan permukaan dengan asam karboksilik, dengan eugenol sebagai cairannya. Aplikasi yang baik dari semen ini untuk luting jangka pendek atau menengah mahkota dan gigi tiruan cekat pada akrilik sementara.

  • Tipe III, Bahan restotasi dan Basis

Setting Reaksi

            Pada reaksi setting, dua molekul eugenol bereaksi dengan hidrolisa ZnO untuk membentuk khelasi zinc eugenolate. Kelebihan zinc oxide selalu digunakan sehingga material yang telah set terdiri dari matriks zink eugenolate amorphous yang mengikat partikel zinc oxide yang tidak bereaksi. Air diperlukan untuk menginisiasi reaksi dan air juga merupakan produk sampingan reaksi tersebut. EBA juga membentuk khelasi dengan zinc oxide, dan keberadaan EBA juga dapat membentuk kristal zinc eugenolate yang akan menambah kekuatan semen. Setting time semen ini adalah 7-8 menit.

Kegunaan Semen ZOE dan non-eugenol

  • Semen sementara

ZOE digunakan sebagai luting mahkota sementara dan sebagai semen sementara restorasi logam mahkota jembatan

  • Restorasi sementara
  • Basis

Semen ini memiliki compressive strength sekitar 5,5-39 MPa, dan kekuatan maksimum didapatkan pada 12-15 menit. Semen ini merupakan insulator termal yang sangat baik, hampir sama dengan dentin.

  • Endodontik sealer

Semen ini dapat digunakan sebagai pengisi saluran akar dengan atau tanpa gutta-percha.

  • Periodontal management

Beberapa jenis semen ZOE  juga digunakan untuk management jaringan gingiva. Semen jenis ini digunakan dengan dua cara, yaitu untuk menggantikan jaringan lunak secara mekanik, serta sebagai dressing jaringan lunak setelah pembedahan.

 

3. Zinc Polycarboxilate Cement

Komposisi

            Semen polikarboksilat adalah sistem bubuk cairan. Cairannya adalah larutan air dari asam poliakrilat atau kopolimer dari asam akrilik dengan asam karboksilat lain yang tidak jenuh. Bubuknya mengandung zink oksida dengan sejumlah oksida magnesium. Oksida stanium dapat menggantikan oksida magnesium. Bubuk ini juga dapat mengandung sejumlah kecil stannous flourida yang mengubah waktu pengerasan dan memperbaiki sifat manipulasi.

Manipulasi

            Semen ini harus dicampur pada permukaan yang tidak menyerap cairan, alas aduk dari kaca memiliki kelebihan dibandingkan alas kertas, karena jika didinginkan akan dapat mempertahankan temperatur tersebut dalam waktu yang lebih lama. Cairan tidak boleh dikeluarkan dari alas aduk sebelum pengaduk siap untuk dilakukan. Cairan akan cepat kehilangan kandungan airnya di udara terbuka. Hilangnya air dari cairan akan meningkatkan kekentalannya. Bubuk dalam jumlah besar digabungkan dengan cepat kedalam cairan.

Sifat Khas Semen Zink Polikarboksilat

  • Ketebalan lapisan

Ketika semen karboksilat diaduk pada rasio P/L yang benar, adonannya lebih kental daripada adukan semen zink fosfat. Namun, adukan polikarboksilat diklasifikasikan sebagai pseudoplastik, dan mengalami pengenceran jika kecepatan pengolesannya ditingkatkan.

  • Working time dan setting time

Working time untuk semen polikarboksilat jauh lebih pendek daripada semen zink fosfat, yaitu sekitar 2,5 menit dibandingkan semen zink fosfat sekitar 5 menit. Penurunan temperatur reaksi dapat meningkatkan waktu kerja yang diperlukan untuk sementasi jembatan cekat. Waktu pengerasan berkisar 6-9 menit.

  • Compressive strength

Compressive strength semen polikarboksilat sekitar 55 MPa, lebih rendah daripada semen zink fosfat. Namun tensile strength sedikit lebih tinggi.

  • Solubility

Daya larut semen didalam air memang rendah, tetapi jika terkena asam organik dengan pH 4,5 atau kurang, daya larutnya meningkat sangat besar.

  • Pertimbangan biologis

pH dari semen polikarboksilat lebih tinggi daripada semen zink fosfat pada berbagai interval waktu. Meskipun semen polikarboksilat pada awalnya bersifat asam, produk ini hanya sedikit mengiritasi pulpa.

Semen polikarboksilat digunakan untuk sementasi akhir restorasi mahkota dan jembatan.

 

5. Glass Ionomer Cement

Komposisi

            Powder semen mengandung glass aluminosilikat dan cairan semen mengandung kopolimer polikarboksilat yang dilarutkan didalam air. Komposisinya terdiri dari SiO2, Al2O3, AlF3, CaF2, NaF, dan AlPO4.

Manipulasi

            Powder dan liquid diletakkan diatas paper pad atau glass slab. Powder semen dibagi dalam dua bagian yang sama. Bagian pertama dicampurkan kedalam liquid dengan spatula dan kemudian ditambahkan satu bagian lagi, dan diaduk selama 30-60 detik. Semen segera diaplikasikan karena working time setelah pengadukan kira-kira 2 menit. Glass slab yang dingin memperlambat setting reaksi dan menambah working time.

 Sifat-sifat dan Penggunaan

            Glass ionomer cement memiliki nilai compressive strength antara 90-220 MPa, tensile strength 4,5 MPa, dan modulus of elasticity 5,4 Gpa. Glass ionomer semen tidak mengiritasi dan bersifat antikariogenik karena dapat melepaskan flouride.

            Penggunaan semen ionomer kaca telah meluas antara lain sebagai bahan perekat pelapik, bahan restoratif untuk restorasi konservatif kelas I dan II, membangun badan inti, dan sebagai penutup pit dan fisur.ada 3 jenis semen ionomer kaca berdasarkan formulanya dan potensi penggunannya, yaitu tipe I untuk bahan perekat, tipe II untuk bahan restorasi, dan tipe III untuk basis atau pelapik.

 

5. Semen Ionomer Kaca dengan Modifikasi Logam

            Semen ionomer kaca kurang kuat sehingga tidak dapat menahan kekuatan pengunyahan yang besar. Semen ini juga tidak tahan terhadap keausan penggunaan dibandingkan bahan restorasi estetik lainnya, seperti komposit dan keramik. Semen ionomer kaca telah dimodifikasi dengan mengikutkan partikel-partikel logam sebagai bahan pengisi sebagai usaha untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan, terhadap fraktur, dan ketahanan terhadap keausan. Ada 2 metude modifikasi yang telah dilakukan. Metode I adalah mencampurkan bubuk logam campur amalgam yang berpartikel speris dengan bubuk ionomer kaca tipe II. Semen ini disebut sebagai gabungan logam campur perak. Metode II adalah mencampur bubuk kaca dengan partikel perak dengan menggunakan pemanasan yang tinggi. Semen ini disebut dengan cermet.

 

6. Semen Ionomer Kaca dengan Modifikasi Resin

Komposisi dan Reaksi Pengerasan

            Komponen bubuk dari bahan yang dikeraskan dengan sinar mengandung kaca yang dapat melepaskan ion-ion dan inisiator untuk pengerasan dengan sinar atau kimiawi. Komponen cairan biasanya mengandung air, asam poliakrilat, atau asam poliakrilat dengan beberapa gugus karboksilik yang dimodifikasi dengan monomeer metakrilat dan hidroksietil metakrilat. Kedua bahan ini bertanggung jawab untuk polimerisasi. Reaksi pengerasan awal dari bahan ini ditimbulkan oleh polimerisasi gugus metakrilat. Reaksi asam-basa yang lambat akhirnya bertanggungjawab untuk proses pematangan yang unik dan kekuatan akhir.

            Penggunaan semen ini adalah untuk sementasi mahkota keramik zirkonia dan jembatan. Juga diindikasikan untuk sementasi mahkota alloy dan jembatan ke struktur gigi dan pembentuk inti restorasi dan bonding bracket ortodonti.

 

7. Semen Resin

Komposisi Semen Resin Sebagai Luting Alloy Mahkota dan Jembatan, serta Sebagai Pelekat Restorasi Estetis

            Semen self-cured dengan komponen utamanya berupa diacrylate olygomer diluted dan monomer dimetakrilat berberat molekul rendah. komponen utama lainnya adalah silanated silica atau glass. Sistem inisiator-aseleratornya adalah amin peroksida.

            Semen resin sebagai pelekat restorasi estetis merupakan komposit microfilled atau hibrid dengan kandungan utama resin Bis-GMA atau urethane dimethacrylate, dan filler silica atau glass. Pada semen light-cured, fotoinisiatornya adalah sistem champhorquinone-amine.

Penggunaan

  1. Sementasi mahkota dan jembatan konvensional
  2. Melekatkan keramik estetis, restorasi single composite laboratory, dan jembatan resin-bonded ke gigi
  3. Melekatkan braket ortodontik ke gigi
  4. Sementasi restorasi sementara.

 

8. Calsium Hydroxide

            Disediakan dalam bentuk powder yang nantinya akan dicampur dengan air destilasi atau dengan larutan kloroform. Penggunaannya pada kavitas yang dalam atau langsung pada pulpa yang terbuka dimana fungsinya sebagai perangsang pembentukan dentin sekunder.

Manipulasi dan Sifat Fisis

            Sebagian besar kalsium hidroksida tersedia dalam bentuk 2 pasta. Tiap pasta dengan panjang tertentu diletakkan diatas paper pad dan diaduk sampai warnanya sama. Semen light-cured dipolimerisasi dengan sinar tampak selama 20 detik setiap ketebalan 1 mm.

            Kalsium hidroksida memiliki compressive strength 96 MPa dan tensile strength 38 MPa. Semen ini memiliki konduktifitas termal yang rendah. pH dari semen ini berkisar antara 11-12. Setting time bervariasi antara 2-7 menit.

           

F. Peralatan yang Digunakan

  1. Spatula semen
  2. Mixing slab
  3. Mixing pad

DAFTAR PUSTAKA

  1. Phillips. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi 10th ed, Jakarta. EGC, 2003: 444-61.
  2. Syafiar L, Rusfian, Sumadhi S, Yudhit A, Harahap KI, Adiana ID. Bahan Ajar Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran gigi. 1st ed, Medan. USU Press, 2011: 135-59.

Bahan Abrasif dan Polishing

BLISA NOVERTASARI .S

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

Restorasi gigi diselesaikan sebelum dipasang di dalam rongga mulut untuk mendapatkan tiga manfaat dari perawatan gigi : kesehatan mulut, fungsi, dan estetika. Restorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik akan meningkatkan kesehatan mulut dengan jalan mencegah akumulasi sisa makanan dan bakteri patogen. Ini diperoleh melalui reduksi daerah permukaan total dan mengurangi kekasaran permukaan restorasi. Permukaan yang lebih mulus akan lebih mudah dijaga kebersihannya dengan tindakan pembersihan preventif yang biasa dilakukan sehari-hari karena benang gigi dan sikat gigi akan mendapat jalan masuk yang lebih baik ke semua permukaan dan daerah tepi. Dengan beberapa bahan gigi tertentu, aktivitas karat dan korosi dapat dikurangi cukup besar jika seluruh restorasi dipoles dengan baik. Fungsi rongga mulut akan meningkat jika restorasi dipoles dengan baik karena makanan akan meluncur lebih bebas pada permukaan oklusal dan embrasur selama mastikasi. Yang lebih penting lagi, daerah kontak restorasi yang halus akan mengurangi tingkat keausan pada gigi tetangga maupun antagonisnya. Ini khususnya berlaku untuk bahan restorasi seperti keramik yang mengandung fase yang lebih keras daripada email gigi dan dentin. Permukaan yang kasar menyebabkan terjadinya tekanan kontak yang tinggi yang dapat menimbulkan hilangnya kontak fungsional dan stabilisasi antara gigi-gigi. Akhirnya, kebutuhan estetik dapat membuat dokter gigi menangani permukaan restorasi yang tampak jelas dengan cara berbeda daripada permukaan yang sulit dijangkau. Walaupun pemolesan yang mirip cermin diinginkan demi alasan di atas, jenis permukaan ini mungkin secara estetik kurang baik karena tidak cocok dengan gigi-gigi di sebelahnya bila berada di daerah yang mudah kelihatan seperti permukaan labial dari gigi-gigi aterior atas. Meskipun demikian, permukaan ini tidak terkena tekanan kontak yang tinggi dan mudah dibersihkan. Ciri dan corak anatomi yang samar dapat ditambahkan pada daerah ini tanpa mempengaruhi kesehatan maupun fungsi rongga mulut.

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.Jenis Bahan Abrasif

            Bahan abrasif adalah bahan untuk meratakan, menghaluskan dan mengkilapkan. Sedangkan polishing (pemolesan) adalah proses pengabrasian permukaan yang akan mengurangi goresan sampai akhirnya permukaan menjadi mengkilap. Ada banyak jenis bahan abrasif, yaitu :

1. Chalk

Suatu mineral yang membentuk Calcite,  mengandung Calcium Carbonat. Digunakan sebagai pasta abrasi ringan, untuk memolis enamel gigi, gold foil, amalgam dan plastik material.

2. Arkansas stone

Suatu semitranslucent, abu-abu yang terdiri mikrokristalin quartz, padat, keras.

3. Emery

Suatu corundum abrasive hitam abu-abu dalam bentuk grain. Digunakan dalam bentuk selubung abrasive pada disk untuk finishing metal alloy atau akrilik resin material.

4. Corundum

Bentuk mineral dari aluminum oxide, putih warnanya. Digunakan untuk grinding, metal alloy dikenal dengan white stone.

5. Garnet

Yang terbentuk dari sejumlah mineral yang berbeda membentuk suatu kristaline. Mineral-mineral yang terkandung yaitu : Aluminium silikat, cobalt, besi, magnesium dan mangan. Garnet ini sangat keras dan sering dibuat utk melapisi disk. Digunakan utk grinding metal alloy dan resin akrilik material.

6. Diamond

Disebut juga superabrasive, sangat keras dan sangat efektif untuk enamel gigi.

7.Quartz

Suatu partikel quartz kristaline dalam bentuk sharp, angular partikel dan dipakai sebagai lapisan abrasive pada disk. Digunakan untuk finishing metal alloy dan grinding enamel gigi.

8. Sand

Adalah campuran partikel-partikel kecil dari silica. Dipakai dalam melapisi paper disk untuk grinding metal dan akrilik resin.

9. Pumice

Berupa bubuk abrasive Kedokteran Gigi atau bahan polis untuk konservatif, bahan ini mempunyai bermacam-macam ukuran partikel. Partikel yang kasar dipergunakan sebagai bahan abrasive di laboratorium, sedangkan partikel yang halus dipergunakan untuk konservatif dan polishing restorasi gigi.

10. Zirconium silicate

Bahan ini dipergunakan sebagai bahan polish konservatif.

11. Tripoli

Bahan ini dipergunakan untuk menggantikan bahan diatomaceous earth, meskipun bahannya tidak sama. Bahan ini dipakai untuk polish ringan.

12. Tin Oxide

Digunakan sebagai bahan polish untuk gigi dan untuk restorasi metal dalam mulut. Dicampur air, alkohol atau glycerine sampai berbentuk pasta untuk digunakan

13. Cuttle

Adalah suatu abrasive dalam betuk powder, berwarna  putih, dipakai sebagai bahan untuk abrasi ringan seperti polish amalgam, metal margin.

14. Kieselguhr /Diatomaceous Earth

Dikenal sebagai kieselguhr, dipergunakan tidak hanya sebagai bahan abrasive dan polishing tetapi juga sebagai filer pada beberapa bahan Kedokteran Gigi

15. Rouge

Berbentuk powder halus atau berbentuk  padatan yang mempunyai komposisi iron oxide (Fe 203), kadang diisikan pada paper disk. Rouge ini merupakan bahan polish yang bagus untuk memoles emas dan logam campur logam mulia.

16. Aluminium Oxide

Bahan abrasive ini murni dibentuk dari emery, bahan ini dipergunakan untuk polishing metal.

17. Silicone Carbide

Suatu sintesis abrasive, warna hijau dan biru kehitaman. Silicone carbide ini keras, mudah patah, dan dipakai sebagai suatu abrasive pelapis pada disk perekat instrument-instrumen dari karet.

 

B. Manfaat Pemolesan

  1. Mengurangi korosi

Restorasi logam yang dipoles dengan baik akan terhindar dari tarnis dan korosi sehingga akan lebih tahan lama.

  1. Meningkatkan estetis

Permukaan yang halus dan mengkilap akan lebih terlihat estetis

  1. Membuat permukaan terasa lebih halus
  2. Mengurangi perlekatan

Permukaan yang halus pada restorasi akan menyebabkan stain, plak, dan kalkulus sulit lengket.

 

C. Faktor yang Mempengaruhi Abrasi

  1. Kekerasan

Untuk mendapatkan abrasi maksimal maka partikel abrasif harus lebih keras dibandingkan permukaan yang akan diabrasi. Bahan abrasif biasanya terbuat dari bahan yang sangat keras.

  1. Ukuran

Semakin besar partikel abrasif maka goresan yang ditimbulkan juga semakin dalam. Semakin dalam goresan maka sejumlah besar permukaan bahan akan hilang.

  1. Bentuk

Bentuk partikel dapat berupa spherical ataupun irreguler. Bentuk irreguler dipahami dapat lebih meningkatkan abrasi dibandingkan bentuk spherical, karena tepi bentuk irreguler cenderung untuk menggerus permukaan dibandingkan bentuk bulat yang hanya berputar pada permukaan bahan. Oleh karena itu bentuk spherical kurang mengabrasi dibandingkan bentuk irreguler.

  1. Tekanan

Tekanan yang berlebih pada saat finishing dan poles akan meningkatkan abrasi pada permukaan restorasi/material. Hal ini juga dapat meningkatkan suhu material yang dipoles.

  1. Kecepatan

Semakin tinggi kecepatan putar yang digunakan maka abrasi yang terjadi semakin besar, dan juga meningkatkan suhu.

 

  1. Pelumas

Air merupakan pelumas yang sering digunakan. Air digunakan bersamaan dengan bur untuk mendinginkan gigi saat preparasi kavitas.  Pada saat finishing dan polishing, pelumas juga disarankan untuk digunakan sebagai pembawa panas yang timbul pada saat pengabrasian.

 

D. Restorasi yang Memerlukan Polishing

  1. Dental amalgam
  • Bahan polish : bubuk pumice, qurtz atau tripoli, atau tin oxide yang dicampur dengan air.
  • Alat : mata bur cup, brush atau felt.
  1. Gold alloy
  • Bahan polish : tripoli, rouge atau bubuk pumice
  • Alat : rag wheels, stone wheel, dan rubber wheel
  1. Acrylic resin
  • Bahan polish : bubuk pumice, tripoli, atau tin oxide
  • Alat : rag wheel
  • Harus hati-hati karena acrylic sangat mudah terabrasif dengan bubuk pumice.
  1. Komposit
  • Bahan polish : dapat berupa bubuk ataupun pasta yang mengandung perlite, diamond, quartz atau alumunium oxide
  • Alat : diamond atau green stone (grinding), quartz atau alumunium oxide disk, atau rubber wheel, carbide burs.
  1. Porselen
  • Pemolesan biasanya dengan glazing
  • Setelah penyesuaian kecil di mulut, porselen dapat dipoles dengan bahan polish : silicone carbide atau aluminium oxide dan alat : rubber wheel atau felt wheel.

 

DAFTAR PUSTAKA

  1. Phillips. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi 10th ed, Jakarta. EGC, 2003: 563-74
  2. Syafiar L, Rusfian, Sumadhi S, Yudhit A, Harahap KI, Adiana ID. Bahan Ajar Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran gigi. 1st ed, Medan. USU Press, 2011: 239-44.

Resin Akrilik

BLISA NOVERTASARI SUHARSONO

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

Gigi tiruan lengkap dapat didefinisikan sebagai protesa gigi lepasan yang dimaksudkan untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur-struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah. Protesa tersebut terdiri dari gigi-gigi tiruan yang dilekatkan pada basis protesa. Basis protesa memperoleh dukungan melalui kontak yang erat dengan jaringan mulut di bawahnya.

Meskipun basis protesa individual dapat dibuat dari logam atau campuran logam, kebanyakan basis protesa dibuat menggunakan polimer. Polimer tersebut dipilih berdasarkan keberadaannya, stabilan dimensi, karakteristik penanganan, warna dan kekompakan dengan jaringan mulut.

Basis gigitiruan digunakan untuk membentuk bagian dari gigitiruan baik yang terbuat dari logam maupun bahan resin, bersandar diatas tulang yang ditutupi dengan jaringan lunak dan merupakan tempat anasir gigitiruan dilekatkan. Selama bertahun-tahun berbagai jenis bahan telah digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan, namun bahan tersebut masih memiliki kekurangan. Syarat-syarat ideal dari suatu bahan basis gigitiruan antara lain biokompatibel, adekuat sifat fisis dan mekanis, estestis, stabilitas warna, radiopak, mudah dimanipulasi, mudah diperbaiki jika rusak, mudah dibersihkan.

Sejak pertengahan tahun 1940-an, kebanyakan basis gigitiruan dibuat menggunakan bahan resin akrilik (polimetil metakrilat). Resin akrilik menjadi bahan yang dipilih karena memiliki kualitas estetis, mudah dimanipulasi dan murah. Bahan basis gigitiruan dari resin akrilik dapat dibedakan atas resin akrilik swapolimerisasi, resin akrilik polimerisasi panas dan resin akrilik polimerisasi sinar.

BAB II

PEMBAHASAN

 

A. Syarat-syarat Resin Akrilik

Syarat-syarat yang harus dipenuhi resin akrilik sebagai basis gigi tiruan, yaitu :

  1. Harus dapat dibersihkan dengan mudah
  2. Tidak berasa, tidak berbau, non toksik dan tidak mengiritasi jaringan
  3. Tidak dapat larut dalam cairan mulut
  4. Harus ringan dan memiliki relatif thermal conduction yang tinggi
  5. Temperatur pelunakan harus diatas temperatur yang tertinggi dari makanan dan minuman
  6. Harus dapat dipreparasi
  7. Mudah dimanipulasi dengan alat-alat sederhana
  8. Tidak dapat menyerap cairan mulut sehingga tetap bersih atau tidak menjadi berbau
  9. Mempunyai kekuatan (strength), resilience dan tahan terhadap abrasi dalam penggunaan yang normal
  10. Harus stabil dimensinya dalam segala kondisi
  11. Tidak berubah warna didalam mulut
  12. Bahan-bahan ini harus mempunyai sifat transparan dan dapat diwarnai agar dapat meniru warna jaringan mulut

B. Sifat Fisis Resin Akrilik

A. Sifat-sifat fisis dari monomer methyl methacrylate:

  • Mendidih pada 100,80C
  • Merupakan cairan yang transparan

B. Sifat-sifat fisis resin akrilik sebagai basis gigitiruan:

1. Dimentional Stability

Pemrosesan akrilik yang baik akan menghasilkan dimensi stabilitas yang bagus. Proses pengerutan akan diimbangi oleh ekspansi yang disebabkan oleh penyerapan air.

2. Solubilitas

Meskipun basis gigitiruan resin larut dalam berbagai pelarut dan sejumlah kecil monomer dilepaskan, basis resin umumnya tidak larut dalam cairan yang terdapat dalam rongga mulut.

3. Penyerapan air

Bahan resin akrilik mempunyai sifat yaitu menyerap air secara perlahan-lahan dalam jangka waktu tertentu.7 Resin akrilik menyerap air relatif sedikit ketika ditempatkan pada lingkungan basah. Namun, air yang terserap ini menimbulkan efek yang nyata pada sifat mekanik, fisik dan dimensi polimer. Nilai penyerapan air sebesar 0.69 mg/cm2.

4. Porositas

Adanya gelembung / porositas di permukaan dan di bawah permukaan dapat mempengaruhi sifat fisis, estetik, dan kebersihan basis gigitiruan. Porositas cenderung terjadi pada bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas disebabkan oleh penguapan monomer yang tidak bereaksi dan berat molekul polimer yang rendah, disertai temperatur resin mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut. Porositas juga dapat terjadi karena pengadukan yang tidak tepat antara komponen polimer dan monomer.

5. Stabilitas warna

Resin akrilik polimerisasi panas menunjukkan stabilitas warna yang baik dibandingkan self-cured acrylic resin karena adanya oksidasi oleh tertinary amine. Dapat dicegah dengan menambah stabilizing agent.

6. Sifat thermal

Resin akrilik stabil secara kimia pada panas sampai di suatu titik. Resin akrilik merupakan bahan yang buruk untuk menghantarkan panas dan listrik

7. Kekuatan

Bahan ini memiliki kekuatan yang rendah. self cured acrylic resin memiliki kekuatan yang lebih rendah, yaitu dengan nilai compressive strength 75 Mpa dan tensile strength 52 Mpa.

8. Biokompatibilas

Klinis menunjukkan bahwa reaksi alergi sejati terhadap resin akrilik amatlah jarang terjadi dalam rongga mulut. Sisa monomer sering dianggap sebagai iritan. Namun, reaksi alergi tidak tergantung pada dosis.

9. Kekerasan

Resin akrilik memiliki kekerasan yang rendah sehingga mudah tergores atau terabrasi.

10. Modulus of elasticity

Resin akrilik memiliki kekakuan yang mencukupi untuk digunakan sebagai gigi tiruan penuh dan sebagian dengan nilai 2400 Mpa

11. Impact strength

Resin akrilik harus memiliki impact strength yang tinggi untuk mencegah terjadinya patahan apabila terjatuh secara tiba-tiba.

C. Klasifikasi Resin Akrilik

Klasifikasi resin akrilik berdasarkan metode aktivasinya, yaitu :

A. Heat Cured Acrylic Resin

Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin akrilik yang memerlukan energi panas untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut. Memiliki komposisi :

Powder dan Liquid

  • Terdiri dari partikel polimer yang berbentuk pearls atau beads berisi poli (methyl methacrylate)
  • Initiator : benzoil peroxide
  • Stabilisator : talc dan gelatin, agar partikel tidak bersatu
  • Zat warna : mercuric sulfide, cadmium sulfide, cadmium selenide
  • Liquid :
  • Metil metakrilat
  • Inhibitor : hydroquinone, untuk mencegah polimerisasi oleh panas, sinar dan pengaruh oksigen
  • Plasticizers : ester-ester dengan BM rendah, agar hasil akhir lebih lunak.

Pada reaksi monomer-polimer terlihat 4 stage :

Stage 1 : polimer meresap kedalam monomer membentuk suatu fluid yang tidak bersatu

Stage 2 :   terjadi penetrasi pada monomer sehingga pembungkus polimer pecah dan polimer dapat meresap kedalam monomer. Bahan terlihat menjadi agak melekat dan berserabut bila ditarik

Stage 3 :   disebut dough atau gel stage. Polimer telah jenuh didalam monomer. Disini massa lebih halus, dough like, dan mudah dibentuk tanpa melekat tanpa berserabut. Pada stage ini massa dapat dimasukkan kedalam mold.

Stage 4 :   monomer seperti tidak ada lagi, baik oleh penguapan maupun oleh penetrasi yang lebih lanjut dari polimer. Massa menjadi lebih kohesif dan rubber like.

Curing cycle  adalah istilah teknis yang diberikan pada proses pemanasan agar terjadi polimerisasi didalam mold, dimana reaksi polimerisasi adalah reaksi yang eksotermis. Bila kuvet langsung dimasukkan kedalam air mendidih, terjadi perubahan temperatur yang tinggi pada resin. Tapi bila air dipanaskan dengan lambat maka temperatur resin tidak akan melewati temperatur didih monomer.

B. Self Curing Acrylic Resin

Secara umum bahan ini sama dengan heat curing acrylic resin. Tetapi inisiator (benzoil peroxide) dalam hal ini diaktifkan oleh suatu bahan kimia, tidak diaktifkan oleh panas. Bahan kimia tersebut ditambahkan bahan kimia lain pada monomer yaitu tertiary amine. Bahan ini dikenal sebagai aktivator. Setelah monomer dicampur dengan polimer, aktivator akan bereaksi dengan inisiator, sehingga initiator membentuk radikal bebas dan polimerisasi mulai terjadi pada temperatur kamar.

Reaksi polimerisasinya yaitu polimer (powder) sebagai inisiator peroksida ditambahkan dengan monomer (liquid) sebagai akselerator amin akan membentuk polimer dan panas. Kecepatan polimerisasi dipengaruhi oleh tipe dan konsentrasi daripada aktivator dan inisiator. Self curing acrylic resin ini digunakan untuk piranti ortodonti lepasan dan sendok cetak fisiologis.

C. Light Curing Acrylic Resin

Bahan ini dipolimerisasi dalam suatu ruangan yang mengandung sinar (curing unit) dengan sinar biru yang memiliki panjang gelombang 400-500 nm dengan intensitas sinar yang tinggi yang keluar dari bola lampu quartz-halogen. Akrilik akan berputar secara kontinu didalam ruangan agar akrilik mendapatkan paparan sinar yang sama.

Komposisi akrilik ini yaitu mengandung matriks urethane dimethacrylate dengan kopolimer akrilik, bahan pengisinya adalah silica microfine dan sistem fotoinitiatornya berupa camphorquinone amine.

D. Kegunaan Lain Resin Akrilik

  1. Untuk perbaikan (repair) bila terjadi kepatahan pada basis gigitiruan. Resin perbaikan dapat diaktivasi oleh sinar, panas, maupun kimia.
  2. Sebagai pelapik (relining), yaitu mengganti permukaan gigitiruan yang menghadap ke jaringan lunak mulut.
  3. Sebagai rebasing basis gigitiruan, yaitu mengganti keseluruhan basis gigitiruan
  4. Sebagai pelapis (liner) lunak jangka panjang dan pendek yang bertujuan untuk menyerap energi yang dihasilkan oleh gaya pengunyahan.
  5. Sebagai sendok cetak resin dan bahan sendok cetak yang digunakan pada prosedur pencetakan dalam kedokteran gigi.

 

E. Pemanipulasian Resin Akrilik

A. Cara Mencampur Resin Akrilik

a)      Cara pasif, yaitu tidak dilakukan pengadukan atau pencampuran dengan spatula, tetapi dilakukan penaburan bubuk akrilik diatas pot porselen yang telah dituangkan monomer secukupnya, sehingga setiap powder dibasahi oleh liquid.

b)      Cara aktif, yaitu dilakukan pengadukan dengan spatula pada bubuk akrilik yang telah ditaburkan diatas monomer didalam pot.

B. Cara Memasukkan Resin Akrilik ke Dalam Mold

Setelah terdapat campuran akrilik yang baik, maka dapat dimasukkan kedalam mold dengan cara ditekan dengan ibu jari. Kemudian kuvet ditutup dengan antagonisnya serta dipress. Kuvet dibuka kembali, lalu akrilik yang berlebih dapat dibuang dengan lecron mass. Setelah itu dilakukan pengepresan kembali dan tidak dibuka sampai penggodokan.

C. Cara Menggodok Resin Akrilik

Kuvet dimasukkan kedalam water-bath yang berisi air dan dipanaskan sampai 700C dalam wakti ½ jam. Kemudian dibiarkan pada temperatur tersebut selama ½ jam. Lalu temperatur dinaikkan kembali menjadi 1000C selama ¼ jam dan dibiarkan pada temperatur tersebut selama ½ jam. Jika pemanasan telah selesai, kuvet dibiarkan dingin.

F. Kesalahan Pemanipulasian

Kesalahan pada pemanipulasian resin akrilik dapat menyebabkan terjadinya porositi. Ada dua macam porositi, yaitu porositi internal dan porositi eksternal. Porositi internal disebabkan karena pemanasan yang tingi dan cepat, panas eksotermal juga menjadi tinggi dan cepat meningginya, sehingga monomer tidak sempat berpolimer dan menguap membentuk bubles (bola uap). Porositi eksternal disebabkan oleh ketidak homogenan bahan tersebut selama polimerisasi. Juga dapat disebabkan oleh pengepresan yang salah, penekanan yang kurang lama atau terlalu cepat digodok.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Phillips. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi 10th ed, Jakarta. EGC, 2003: 197-218
  2. Syafiar L, Rusfian, Sumadhi S, Yudhit A, Harahap KI, Adiana ID. Bahan Ajar Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran gigi. 1st ed, Medan. USU Press, 2011: 103-16.
  3. Anonymous. Basis Gigi Tiruan. <http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/ 21739/4/Chapter%20II.pdf>. (14 Januari 2012)

Material Preventif

BLISA NOVERTASARI .S

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010

BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

            Sekarang ini telah dikembangkan berbagai jenis bahan yang mengandung komponen-komponen yang dapat meremineralisasi struktur gigi. komponen tersebut dapat berupa flour, kalsium, dan fosfat, baik yang alami atau sintesis. Flour telah digunakan lebih dari 50 tahun belakangan ini sebagai bahan untuk menurunkan prevalensi karies. Supaya perlekatan lebih efektif ke permukaan email, bahan yang dipakai harus dapat membawa bahan-bahan aktif dengan konsentrasi dan penempatan yang baik ke permukaan gigi. bahan tersebut harus tidak toksik dan mudah dikeluarkan dari kavitas mulut setelah terapi selesai. Pit dan fissure pada permukaan oklusal gigi posterior lebih resisten terhadap morfologi dan permukaan struktur yang irreguler dan banyak lubang untuk penempatan makanan dan permulaan terjadinya karies. permukaan tadi dapat ditutup dengan mempergunakan bahan resin adhesif dan menutup permukaan yang halus dan tidak beretensi. Pasien dengan resiko karies yang tinggi harus dilakukan aplikasi topikal untuk mencegah karies, seperti pasta gigi, obat kumur, gel, dan varnish.

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.Bahan-bahan Kemoterapi

1. Pasta Gigi

Fungsi utama dari pasta gigi adalah untuk membersihkan permukaan gigi dan membuang partikel, plak dan debris makanan. Fungsi lain dari pasta gigi adalah sebagai pembawa bahan flourida, deterjen, bahan abrasif, dan bahan pemutih untuk meningkatkan kualitas dan estetis gigi. Komposisi dari pasta gigi terdiri dari :

  1. Colloidal binding agent, bertindak sebagai pembawa komponen aktif. Sodium alginate atau metilselulosa akan menipiskan bahan pembawa dan mencegah berpisahnya komponen didalam tabung selama penyimpanan.
  2. Humectants, berfungsi untuk menstabilkan komposisi dan mengurangi kestabilan air pada saat evaporasi, contohnya gliserin.
  3. Pengawet, berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri didalam pasta gigi.
  4. Bahan pemberi rasa, untuk memberikan rasa agar konsumen puas dan mengurangi bau mulut. Contohnya penambahan papermint, wintergreen, dan kayu manis.
  5. Bahan abrasif yang ditambahkan pada pasta untuk membuang plak, stein, dan kalkulus.
  6. Deterjen, digunakan untuk mengurangi tegangan permukaan dan mempermudah pembuangan debris dari permukaan gigi. contohnya sodium laurir sulfat.
  7. Bahan terapetik, efektif dalam pengambilan ion flour dan meningkatkan ketahanan flouroapatit terhadap demineralisasi asam pada permukaan pembentukan karies.
    1. Bahan kimia lainnya, ditambahkan untuk mengurangi korosi tabung pasta, menstabilkan viskositas, dan memberikan warna. Beberapa pasta menambahkan sejumlah kecil peroksida yang dapat menyingkirkan diskolorasi gigi dan meningkatkan estetis.

Sifat abrasif merupakan sifat yang sangat penting pada pasta gigi karena memiliki efek penghancur yang luas di dalam mulut. Bahan kimia ditambahkan pada pasta gigi untuk mencegah pembentukan kalkulus, mengurangi faktor terjadinya karies, dan pemutihan permukaan gigi. konsentrasi flouride pada pasta gigi ± 0,025% – 0,15%. Pada pasien yang mengandung resiko tinggi karies, flour-nya 0,5% – 1%. Penggunaan formula peroksidayang rendah pada pasta gigi berguna untuk memutihkan gigi dan akan efektif bila digunakan sehari-hari.

 

2. Obat Kumur

Obat kumur adalah cairan untuk menambah kebersihan kesehatan mulut secara teratur, estetis, dan nafas yang segar. Lebih efektif bila dipakai pada pagi dan malam hari setelah selesai sikat gigi. Tujuan dari obat kumur adalah untuk menghantarkan komponen aktif ke permukaan gigi atau jaringan yang lebih bersih agar menghasilkan efek perawatan yang lebih baik.

Obat kumur terdiri dari tiga komponen utama. Bahan aktif dipilih untuk keuntungan perawatan kesehatan tertentu, seperti aktivitas anti-karies, efek anti-mikroba, menghantar flour ataupun mengurangiperletakan plak. Bahan aktif tersebut dihantarkan dalam larutan air atau alkohol. Alkohol digunakan untuk menghantar beberapa bahan aktif, menambah rasa, dan bertindak sebagai pengawet yang akan memperpanjang masa penggunaan. Surfactants ditambahkan untuk membantu penyingkiran debris pada gigi dan sebagai pelarut komponen lainnya.

Bahan aktif pada obat kumur yang menghasilkan efek positif adalah klorheksidin dan flourida. Klorheksidin sangat kuat sebagai bahan anti-bakterial pada infeksi gusi seperti gingivitis dan periodontitis. Obat kumur juga memiliki efek terhadap bahan restorasi. Obat kumur dengan kandungan etanol yang tinggi dapat melunakkan permukaan bahan resin, seperti komposit resin, compomer, dan sealants. Efek pelunakkan ini yang ditunjukkan oleh peningkatan kecepatan penyerapan air, dijumpai lebih signifikan pada resin aktivasi sinar dan juga pada komposit yang diproses dilaboratorium. Pada obat kumur dapat terjadi toksik jika kadar etanolnya tinggi sehingga terjadi resiko karsinogenik apabila penggunaannya juga terlalu sering.

 

3. Flouride Varnishes

Sediaan varnish mengandung flourida sebagai tambahan untuk menghantarkan flour ke permukaan gigi yang beresiko karies. penggunaan dapat dilakukan secara topikal maupun dilakukan dibawah restorasidan sepanjang permukaan akar gigipada gigi yang senditif dengan resesi gingiva. Keuntungan dari bentuk varnish adalah waktu pemaparannya panjang karena komposisi flour yang aktif pada permukaan gigi. efek negatifnya sedikit menimbulkan  rasa pahit dan perubahan warna gigi setelah 24 jam.

 

4. Pit dan Fissure Sealant

Pit dan fissur esealant digunakan pada gigi molar yang memiliki pit dan fissure yang dalam untuk melindunginya dari karies dini. Saat ini sistem sealant dapat menggunakan resin Bis-GMA (polimerisasi secara kimia ataupun sinar), polyurethane sealant yang mengandung bahan flour anorganik, dan glass ionomer. Penggunaan bahan sealant yang mengandung flour ini adalah untuk pemeliharaan jangka panjang dimana terjadi pelepasan ion flouride yang lambat didalam mulut.

 

5. Resin Sealant

Bahan dasar yang biasa dipakai adalah bis-GMA  resin dan light-cured, walaupun beberapa produp self-cured masih tetap digunakan. Perbedaan dengan resin komposit, kalau bis-GMA sealant harus lebih cair agar mudah masuk kedalam pit dan fissure dan dilakukan prosedur etsa pada enamel untuk mendapatkan retensi sealant.

Bis-GMA merupakan campuran dari metylmethacrylate ataupun triethylene glicol dimethacrylate, untuk mencapai viscosity sealant yang rendah alternatif lain yang digunakan adalah urethane dimethacrylate. Beberapa bahannya adalah kombinasi dari 2 resin dasar.

  1. Light cured sealant : diaktifkan dengan diketon dan aliphatic amine. Sealant diletakkan di pit dan fissur degan menggunakan aplikator dan ujung sumber cahaya berjarak 1-2 mm dari permukaan dan sealant disinari selama ± 20 detik. Sealant diletakkan selapis tipis dan dalam dengan waktu penyinaran yang minimal.
  2. Self cured sealant

 

6. Glass Ionomer Sealant

            Glass ionomer sangat mudah melekat sehingga sangat sulit untuk mencapai fissur yang dalam, kurangnya penetrasi membuat susah meretansi secara mekanik ke permukaan enamel sama juga dengan bis-GMA resin, juga mudah rusak dan kurang resisten untuk pemakaian oklusal. Glass ionomer dan hybrid ionomer dapat melepaskan flouride dan digunakan untuk karies didaerah servikal dan pasien dengan resiko karies yang tinggi

Glass ionomer terdiri dari bermacam-macam powder dan liquid. Powdernya dalah ion Ieachable aluminosilicate glass dan liquidnya adalah water solution dari polimer dan kopolimer dari asam akrilik. Reaksinya lambat dan formasi silang matriks gel saat permukaan dan aluminium ion merubah kekuatan silangnya saat penempatan terakhir. Permukaan restorasi akan terlindungi dari saliva saat pengaplikasian varnish dan pengerasan dengan sinar.

7. Hybrid Ionomer

Hybrid ionomer digunakan untuk restorasi dengan daya tekan rendah dan direkomendasikan untuk pasien dengan resiko karies yang tinggi. Restorasi ini lebih estetis dibandingkan dengan glass ionomer karena kandungan resinnya. Powder dari hybrid ionomer sama dengan glass ionomer. Liquidnya mengandung monomer, polyacid dan air.

Hybrid ionomer berikatan pada permukaan gigi tanpa menggunakan dentin bonding agent. Kekuatan transversal hybrid ionomer hampir dua kali lipat dari glass ionomer yang biasa. Hybrid ionomer melepaskan flouride lebih banyak dari compomer dan resin komposit, tetapi hampir sama dengan glass ionomer.

Pemanipulasiannya sama dengan pemanipulasian standard glassionomer. Pencampuran secara mekanik dari unit-dose kapsul menyediakan campuran komponen yang jauh lebih sedikit melalui celah udara yang dapat dengan spatula tangan. Ratio optimal bubuk/liquid sangat penting untuk pemeliharaan jangka panjang sifat fisik dan keberhasilan restorasi klinik. Restorasi ionomer kaca seperti ionomer hybrid segera mengeras ketika dikeraskan dengan sinar.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

  1. Syafiar L, Rusfian, Sumadhi S, Yudhit A, Harahap KI, Adiana ID. Bahan Ajar Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran gigi. 1st ed, Medan. USU Press, 2011: 246-53.

Dental Wax

BLISA NOVERTASARI .S

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

Pada hakikatnya malam atau wax / liliin merupakan salah satu bahan yang memegang peranan penting di dalam ilmu bidang Kedokteran Gigi. Malam atau wax atau lilin dipergunakan sejak pertama kali di dunia Kedokteran Gigi sekitar abad 18, untuk tujuan pencatatan cetakan rahang yang tidak bergigi. Meskipun telah ditemukan bahan baru yang lainnya, malam masih digunakan dalam jumlah yang besar untuk keperluan klinik dan pekerjaan laboratorium. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut malam gigi biasanya dicampur dari bahan alami dan sintetis.

Karena penggunaan malam dalam kedokteran gigi ini maka perlu untuk mengetahui segala aspek dalam malam atu wax terutama sifat sifatnya sehingga akan memudahkan dalam memanipulasi, dan menghasilkan suatu hasil manipulasi yang maksimal. Dan untuk lebih memahaminya maka perlu dilakukan suatu percobaan yang akan memperlihatkan cara manipulasi malam yang benar serta pengaruh sifat sifatnya terhadap hasil manipulasi.
Pada perkembangan selanjutnya, malam dental sebagian besar digunakan dalam proses laboratorium, meskipun masih ada sebagian dari malam dental yang digunakan langsung pada rongga mulut penderita misalnya malam onlay untuk mencetak atau mengecek hasil dari preparasi sebuah gigi.

Sebuah malam dental juga harus memiliki syarat-syarat tertentu sehingga malam tersebut mampu memenuhi kebutuhan baik itu malam yang digunakan secara direct ataupun indirect. Pada proses laboratorium malam dental digunakan dalam banyak kepentingan, dan penggunaannya disesuaikan dengan jenis malam dan sifat dari masing-masing malam dental.

BAB II

PEMBAHASAN

 

A. Karakteristik Dental Wax

Beberapa karakteristik dari dental wax, yaitu :

  1. Wax mengalami ekspansi ketika temperatur meningkat dan kontraksi ketika temperatur menurun. Umumnya dental wax memiliki koefisien thermal expansion terbesar dari berbagai bahan yang digunakan pada restoratif.
  2. Elastic Modulus, Proporsional Limit, dan Compresive strength dari wax rendah dibandingkan dengan bahan lain dan sifat-sifatnya sangat tergantung pada temperatur.
  3. Flow sangat tergantung pada temperatur dan waktu. Pada temperatur yang rendah, wax sama sekali tidak mengalir, tetapi temperatur yang mendekati melting range wax, flow meningkat secara dramatis
  4. Bila wax di carving atau di polis dibawah temperatur melting range wax maka akan terbentuk residual stress. Residual stress adalah stress yang tersisa di wax sebagai hasil manipulasi selama heating, cooling, bending, carving dan manipulasi lainnya.
  5. Wax dengan temperatur yang meningkat menyebabkan ductility juga meningkat.

 

B. Klasifikasi Dental Wax


Klasifikasi dental wax menurut kegunaan dan pemakaiannya, yaitu :

1.      Inlay Wax

Inlay wax digunakan untuk pembuatan inlay, crown, dan brigde.

Komposisi

Variasi, kombinasi dan proporsi yang dipergunakan sebagai bahan dasar inlay wax, seperti :

  • Parafin (60 %)

Parafin pada umumnya merupakan bahan utama, biasanya dalam konsentrasi 40-60% berat. Parafin didapat dari petroleum yang mengalami pemanasan tinggi. Parafin cenderung mengelupas bila dirapikan dan tidak mempunyai permukaan yang halus, mengkilap, yang diperlukan untuk malam inlay. Akibatnya malam lain, dan resin alami ditambahkan sebagai bahan pemodifikasi.

  • Bees Wax (5 %)
  • Ceresin (10 %)

Ceresin dapat menggantikan sebagian dari parafin untuk memodifikasi kekuatan dan karakteristik pengukiran dari malam.

  • Carnauba (25 %)

Cukup keras dan mempunyai titik cair yang relatif tinggi. Dikombinasikan dengan parafin untuk mengurangi aliran pada temperatur mulut. Carnauba mempunyai bau yang tidak ditolerir dan juga menambah kekilapan permukaan inlay.

  • Candelilla wax

Ditambahkan untuk menggantikan sebagian atau seluruh carnauba. Memberi kualitas yang secara umum sama dengan carnauba, tetapi titik cairnya lebih rendah dan tidak sekeras carnauba.

  • Mikrocrystaline

 

Sifat-sifat Inlay Wax

            Pendinginan dan pengerasan wax dimulai dengan kehilangan panas yang cepat di udara. Kemudian terlihat sedikit tahanan pada temperatur 400-420 dengan penurunan kecepatan pendinginan sehubungan dengan keluarnya energi oleh karena menyusun kembalinya molekul-molekul didalam wax. Kemudian disebabkan kembalinya struktur-struktur kristal-kristal oleh karena perubahan temperatur. Bila penyusunan molekul selesai seluruhnya, wax mendingin dengan cepat kembali. Dan setelah penyusunan ini sempurna, bentuk pattern tidak mudah berubah kembali. Akhir dari penahanan tersebut diatas adalah batas wax masih dapat dimasukkan kedalam kavitas yang disebutTransition Poin.

 

Distorsi

Distorsi barangkali merupakan masalah yang paling serius yang dapat terjadi sewaktu membentuk dan melepaskan model dari mulut atau die. Keadaan ini terjadi karena perubahan panas dan dilepaskannya stress yang ditimbulkan sewaktu terjadi kontraksi saat pendinginan; udara yang terjebak; perubahan bentuk selama molding, pengukiran, pelepasan; waktu serta temperatur selama penyinaran.

Pada temperatur kamar dapat juga terjadi distorsi oleh karena pergerakan molekul apabila diberikan stress padanya. Misalnya:

  • Memasukkan wax kedalam kavitas dengan penekanan dan dibentuk (carving) dengan tidak sengaja terjadi stress maka pattern akan mengalami distorsi.
  • Memasukkan wax yang tidak sama temperaturnyakedalam kavitas sehingga oleh karena adanya thermal expansion yang berbeda akan terjadi stress.
  • Pressure yang tidak merata selama pendinginan sehingga ada molekul yang tertekan lebih dekat satu sama lain daripada molekul-molekul yang lain sehingga terjadi stress.
  • Penambahan wax yang dicairkan pada bagian wax yang telah ada untuk memperbaiki beberapa bagian wax pattern, yang rusak atau kurang akan menyebabkan stress selama pendinginan.
  • Selama carving sebagian molekul mengalami gangguan sehingga terjadi stress.

Untuk mengurangi hal ini dipakai temperatur-instrumen yang tajam dan agak dipanasi. Juga diusahakan agar secepatnya ditanam (invest) kedalam investment massa segera sesudah selesai pembuatan wax pattern.

 

            Sifat yang Diinginkan Pada Inlay Wax

  1. Jika lunak harus merata atau homogen. Dengan kata lain, bahan-bahan dasarnya harus tercampur dengan baik satu sama lain, sehingga tidak ada butiran atau titik yang keras.
  2. Warnanya harus sedemikian rupa sehingga kontras dengan bahan die atau gigi yang dipreparasi.
  3. Tidak mudah pecah atau mempunyai permukaan yang kasar sewaktu memanipulasinya.
  4. Harus dapat dicarving menjadi satu lapisan yang tipis sekali.
  5. Tidak meninggalkan residu di dalam mold. Sesudah mold dibuat, wax harus dibersihkan dari mold.
  6. Harus kaku atau rigid, dan mempunyai kestabilan dimensi yang baik sepanjang waktu sampai nantinya dihilangkan.

 

2.        Casting Wax

Digunakan dalam pembuatan pattern metal frame prothesa.

Komposisi

Memiliki komposisi bahan-bahan yang serupa seperti yang terkandung dalam inlay wax seperti mengandung kombinasi dan proporsi daripada :

  1. Parafin
  2. Ceresin
  3. Bees wax
  4. Resin, dan lain-lain

 

Sifat-sifat Cating Wax

Wax ini mempunyai sedikit sifat teckiness yang menolong mempertahankan posisinya didalam pembuatan pattern dan didalam bahan tanam. Wax akan lentur dan beradaptasi pada suhu 400 sampai 450C.

 

3.        Base Plate Wax/Modelling Wax

Digunakan untuk :

  1. Menghasilkan kontur gigi tiruan yang diinginkan setelah penyusunan gigi
  2. Sebagai pattern untuk pembuatan prothesa dan pesawat ortodontik
  3. Checking artikulasi
  4. Pemindahan artikulasi ke artikulator
  5. Dalam mendapatkan vertical dimensional, dataran/bidang oklusi dan bentuk rahang dalam pembuatan full denture.

 

Komposisi

  1. Ceresin                                    80 %
  2. Bees wax                                 12 %
  3. Carnauba                                 2,5 %
  4. Synthetic resin                                    3 %
  5. Microcrystalline                      2,5 %

 

4.        Sticky Wax

Digunakan untuk :

  1. Sebagai bahan perekat pada logam atau potongan resin dalam memperbaiki posisi sementara yang tetap
  2. Terutama sebenarnya digunakan pada dental stone atau plaster.

Komposisi

  1. Resin
  2. Rosin
  3. Yellow bees wax
  4. Bahan warna
  5. Natural resin

 

5.        Boxing Wax

Digunakan terutama dalam pengambilan dan penuangan cetakan, karena boxing wax merupakan wax yang lunak. Wax ini biasanya memiliki warna yang gelap dan sedikit lengket yang mana dapat melekat satu sama lain atau untuk dental stone atau sendok cetak.

 

6.        Utility Wax

berguna untuk membantu pembuatan model, cetak, dan selama solder. Biasanya tersedia dalam bentuk stick dan lembaran yang berwarna merah tua atau orange.

 

7.        Impression Wax

Terdiri atas 2 macam, yaitu:

a.      Corrective Wax

Berguna untuk pelapis cetakan original untuk membentuk jaringan lunak dan fungsinya. Diformasikan dari hydrocarbon wax.

b.      Bite Wax

Berguna untuk membuat hasil yang tepat pada artikulasi model yang melintang atau bertentangan. Diformulasikan oleh bees wax atau hydrocarbon wax.

DAFTAR PUSTAKA

 

  1. Phillips. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi 10th ed, Jakarta. EGC, 2003: 388-94
  2. Syafiar L, Rusfian, Sumadhi S, Yudhit A, Harahap KI, Adiana ID. Bahan Ajar Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran gigi. 1st ed, Medan. USU Press, 2011: 35-45.
  3. Pradana A. Dental Wax – Malam. <http://amaliapradana.blogspot.com/ 2010/09/dental-wax-malam.html> . (13 Januari 2012)
  4. Fitri I. Jaringan Lunak Rongga Mulut dan Basis Gigi Tiruan. < http://email-dentin.blogspot.com/2011_01_01_archive.html>. (13 Januari 2012)

 

Dental Amalgam

BLISA NOVERTASARI .S

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

Sebagai bahan restorasi gigi, dental amalgam merupakan bahan tambal yang paling banyak dipakai. Dental amalgam merupakan suatu tipe aloi dengan salah satu komponennya adalah mercury (Hg). Walaupun Hg merupakan cairan pada temperatur kamar tetapi dapat dijadikan aloi dengan metal atau aloi lainnya dan menjadi solid. Proses tersebut dinamakan amalgamasi. Dental amalgam merupakan campuran cairan merkuri dengan partikel aloi amalgam yaitu aloi dari silver, tin, copper, zinc, dan dapat juga ditambahkan palladium.

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.Komposisi Dental Amalgam

Dental amalgam dikemas dalam bentuk powder (aloi amalgam) dan liquid merkuri (Hg). Copper, zinc, palladium, platinum, indium, selenium ditambahkan dalam jumlah sedikit. Powder aloi amalgam merupakan campuran dari :

  • Ag (silver)

Perak akan memperbesar strength dan memperkecil flow dan secara umum memperbesar ekspansi dari amalgam. Tetapi juga bahan ini dapat mencegah tarnish dan mengurangi creep.

  • Sn (Tin)

Bahan ini akan mengurangi ekspansi, memperkecil strength dan hardness, mempercepat amalgamasi (juga waktu pengerasan) oleh karena afinitasnya terhadap Hg lebih besar daripada Ag atau Cu. Tetapi bahan ini memperbesar tarnish dan korosi.

 

  • Cu (Copper)

Bahan ini mempunyai efek meningkatkan strength dan hardness tetapi mempunyai kecenderungan untuk menambah ekspansi. Cu dapat memperkecil flow dan menurunkan ketahanan terhadap tarnish.

  • Zn (Zinc)

Zn ini tidak banyak mempengaruhi strength dan flow. Zn dipakai sebagai pembersih amalgam oleh karena bahan ini sebagai deoxidizer dapat bergabung dengan O2 dan kotoran lainnya.

  • Platinum

Mengeraskan alloy dan meningkatkan ketahanan terhadap korosi.

  • Palladium

Mengeraskan dan memutihkan dental amalgam aloi.

 

B. Klasifikasi Dental Amalgam

Berdasarkan jumlah metal alloy:

  • Binary              : silver-tin
  • Tertinary          : silver-tin-copper
  • Quartinary       : silver-tin-copper-indium

Berdasarkan ukuran alloy :

  • Microcut : alloy ukuran kecil
  • Macrocut : alloy ukuran besar

Berdasarkan bentuk partikel alloy :

  • Lathe-cut : bentuk tidak teratur
  • Spherical : bentuk teratur
  • Spheroidal

Berdasarkan kandungan Zink (Zn) :

  • Alloy yang mengandung zink lebih dari 0,01%
  • Alloy bebas zink yang mengandung zink kurang dari 0,01 %

Berdasarkan kandungan tembaga (Cu) :

  • Low Copper Alloy : Alloy bertembaga rendah kurang dari 6 %
  • High Copper Alloy : Alloy bertembaga tinggi lebih dari 6 %

 

C. Pembuatan dan Manipulasi Dental Amalgam

Dipabrik logam-logam ini dicampurkan dengan pemanasan yang sesuai untuk menghomogenisasikannya dan didinginkan sampai temperatur kamar. Dalam hal ini tidak boleh terjadi pengoksidasian dan masuknya kotoran. Diharapkan amalgam powder yang terjadi berupa kristal-kristal berukuran kecil agar nantinya terdapat permukaan yang lebih halus sehingga tidak mudah terjadi tarnish dan korosi.

Pemanipulasian dental amalgam dilakukan dengan jalan mencampurkan Hg dengan aloi amalgam disebut dengan amalgamasi.

Triturasi

Triturasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

  1. Secara manual (hand mixing)

Triturasi dilakukan oleh karena adanya suatu selubung tipis oksida pada aloi yang akan menghambat berkontaknya Hg dan aloi. Oksida tersebut dapat dihilangkan dengan jalan mengabrasi permukaan partikel aloi. Hal ini biasanya dilakukan didalam mortar dan mengaduknya dengan pestle. Perbandingan aloi dengan Hg adalah 1:1.

  1. Menggunakan amalgamator (mechanical mixing)

Mechanical amalgamator adalah alat yang digunakan untuk triturasi yang bekerja secara otomatis. Prinsipnya sama dengan mortar dan pestle tetapi dengan menggunakan kapsul.

Kondensasi

            Kondensasi adonan dental amalgam didalam cavitas gigi dilakukan dengan mempergunakan amalgam stopper. Dengan kondensasi diharapkan partikel amalgam tetap rapat satu sama lain dan masuk kesegala arah dalam cavitas. Sehingga terdapat kepadatan dental amalgam. Dengan demikian strength akan bertambah, flow dan pengerutan akan berkurang. Kondensasi juga bertujuan untuk menghilangkan Hg yang berlebihan.

Pengukiran dan Pemolesan

Pengukiran restorasi amalgam sesuai dengan anatomi gigi setelah dental amalgam ditempatkan pada kavitas, biasanya dilakukan dengan menggunakan berbagai alat secara manual seperti burnisher. Pemolesan pada amalgam umumnya dilakukan paling sedikit 24 jam setelah penambalan. Tetapi jika high copper amalgam dengan kekuatan yang tinggi digunakan, pemolesan dapat dilakukan pada kunjungan pertama. Umumnya permukaan amalgam dibentuk kembali dengan menggunakan green stones, finishing bur, atau abrasive disk. Bentuk, permukaan dan tepi amalgam diperiksa agar benar-benar licin dan sama dengan gigi. selanjutnya digunakan bahan poles seperti pumice atau silux pada rubber abrasive points. Tahap akhir untuk mengkilapkan digunakan pasta abrasive yang baik. Pemolesan selalu dilakukan dengan keadaan basah, karena memoles dalam keadaan kering memungkinkan dental amalgam menjadi panas sehingga dapat merusak pulpa.

 

D. Metallurgy Dental Amalgam

Dengan photomicrograph terlihat struktural dental amalgam dimulai dengan suatu inti yang disebut dengan phase γ yang merupakan center dari inti tersebut. Phase ini merupakan komponen pokok yang terdiri dari silvertin alloy yang akan bereaksi dengan Hg. Sewaktu triturasi terjadi 2 phase yaitu  γ1 dan γ2. Kristal γ1 berstruktur body centred cubic dengan formula Ag2H3. Kristal γ2 berstruktur hexagonal space lattice dengan formula Sn7 – 8Hg. Selain daripada itu ada 1 phase lagi dengan bereaksinya γ1 dan γ2 membentuk Ag3Sn yang disebut phase β.

1. Low Copper Alloy

Amalgamasi terjadi ketika cairan merkuri berkontak dengan permukaan partikel logam campur. Selama proses ini mercury menyebar kedalam phase γ partikel alloy dan mulai bereaksi dengan bagian silver dan tin partikel, membentuk berbagai campuran, sebagian besar campuran silver mercury dan tin mercury. Silver mercury compound adalah Ag2H3 dan dikenal dengan phase γ1, dan tin mercury compound adalah Sn7Hg yang dikenal dengan phase γ2.

 

2. High Copper Alloy

Perbedaan antara low dan high copper amalgam tidak hanya pada komposisi coppernya saja tetapi efek kandungan amalgam yang tinggi pada reaksi amalgam. High copper amalgam pada saat ini tidak menghasilkan γ2 karena akan meningkatkan strength, dan mengurangi korosi dan marginal breakdown.

 

Mercury Toxicity

Racun dari mercury merupakan masalah utama karena distribusinya kejaringan yang kaya akan lipid seperti nerves dan lemak, dan keluar secara berlebihan dari tubuh. Uap mercury terlepas dalam hitungan menit selama semua prosedur amalgam dilakukan yang mencakup mixing, setting, polishing, dan pelepasannya. Selain itu uap mercury juga dapat terlepas selama proses mastikasi dan minum minuman yang panas.

 

E. Sifat-sifat Fisis Dental Amalgam

1. Perubahan Dimensi

Amalgam dapat berkontraksi atau berekspansi selama setting tergantung pada komposisi dan manipulasinya. Pada permulaan triturasi terlihat suatu kontraksi disebabkan oleh terjadinya absorbsion Hg oleh bahan filling sebagai hasil dari berkurangnya volume. Manipulasi yang baik akan menghasilkan kontraksi yang terjadi hanya beberapa micron. Pembentukan phase γ1 dan γ2 disertai dengan pengkristalannya dengan pembentukan dendrite dan menghasilkan tekanan kearah luar yang mengakibatkan terjadinya ekspansi. Selama kondensasi terlihat sedikit kontraktion disebabkan oleh terjadinya kepadatan pada amalgam tersebut.

 

2. Strength

Compressive strength yang baik untuk amalgam paling kecil adalah 3200 kg/cm2. Hal ini perlu agar amalgam tersebut dapat menahal dan melawan daya kunyah. 25% kerusakan amalgam disebabkan karena patah ditepi-tepinya dan hal ini menyebabkan terjadinya kerusakan lebih lanjut. Faktor-faktor yang mempengaruhi strength adalah :

  1. Triturasi

Triturasi yang cepat akan menghasilkan strength yang lebih kecil dan dalam batas-batas tertentu makin lama triturasi makin kuat amalgam yang terjadi.

  1. Jumlah mercury

Mercury yang berlebihan pada restorasi amalgam akan mengurangi strength. Campuran yang kasar dengan permukaan yang berlubang-lubang akan memudahkan terjadinya korosi.

  1. Kondensasi

Tekanan selama kondensasi yang besar akan memperbesar strength.

 

F. Keuntungan dan Kerugian Restorasi Dental Amalgam

Keuntungan

  1. Sangat mudah dipasangkan
  2. Tekniknya tidak terlalu sensitif
  3. Mempertahankan anatomi gigi sangat baik
  4. Cukup resistant terhadap fraktur
  5. Mencegah kebocoran tepi
  6. Mempunyai service life yang sangat panjang
  7. Lebih murah daripada bahan restorasi gigi posterior lainnya.

Kerugian

  1. Warnanya tidak sesuai dengan struktur gigi
  2. Lebih brittle dan dapat fraktur jika penempatannya salah
  3. Merupakan pokok korosi dan galvanic action
  4. Cepat menunjukkan kerusakan tepi
  5. Tidak berikatan dengan struktur gigi
  6. Resiko mercury toxicity

 

DAFTAR PUSTAKA

 

  1. Syafiar L, Rusfian, Sumadhi S, Yudhit A, Harahap KI, Adiana ID. Bahan Ajar Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran gigi. 1st ed, Medan. USU Press, 2011: 191-201.

 

Oklusi Gigi Desidui dan Bercampur

BLISA NOVERTASARI .S

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

            Pada manusia terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang berkembang dari interaksi sel epitel rongga mulut dan sel bawah mesenkim. Setiap gigi berbeda-beda secara anatomi, tapi dasar proses pertumbuhannya sama pada semua gigi. Setiap gigi tumbuh berturut-turut mulai dari tahap bud, cup, dan tahap bell. Pada tahap bell dibentuk enamel dan dentin. Mahkota terbentuk dan termineralisasi, akar gigi mulai terbentuk juga. Setelah kalsifikasi akar, jaringan pendukung gigi, sementum, ligamentum periodontal, serta tulang

alveolar tumbuh. Pertumbuhan ini terjadi pada gigi insisivus dengan akar satu, premolar dengan beberapa akar atau molar dengan akar multipel. Kemudian mahkota gigi komplit erupsi ke rongga mulut.1

Secara teoritis, oklusi didefinisikan sebagai kontak antara gigi-geligi yang saling berhadapan secara langsung (tanpa perantara) dalam suatu hubungan biologis yang dinamis antara semua komponen sistem stomato-gnatik terhadap permukaan gigi-geligi yang berkontak.

Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada Maksila dan mandibula, yang terjadi selama pergerakan Mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang. Oklusi terjadi karena adanya interaksi antara Dental system, Skeletal systemdan iluscular system. Oklusi gigi geligi bukanlah merupakan keadaan yang statis selama mandibula bergerak, sehingga ada bermacam-macam bentuk oklusi, misalnya : centrik, excentrik, habitual, supra-infra, mesial, distal,lingual dsb.2

Dikenal dua macam istilah oklusi yaitu :2

  • Oklusi ideal : Adalah merupakan suatu konsep teoritis oklusi yang sukar atau bahkan tidak mungkin terjadi pada manusia.
  • Oklusi normal : Adalah suatu hubungan yang dapat diterima oleh gigi geligi pada rahang yang sama dan rahang yang berlawanan, apabila gigi –geligi dikontakkan dan condylus berada dalam fossa glenoidea.

Ada dua tahap perkembangan gigi geligi manusia, yaitu:

  • Perkembangan gigi geligi susu
  • Perkembangan gigi geligi permanen

BAB II

PEMBAHASAN

 

A. Gigi Geligi Desidui

Perkembangan Gigi Geligi Desidui

Seluruh gigi geligi susu akan lengkap erupsi pada anak berumur lebih kurang 2,5 tahun. Pada periode ini lengkung gigi pada umumnya berbentuk oval dengan gigitan dalam (Deep bite ) pada overbite dan overjet dan dijumpai adanya “ generalized interdental spacing (celah –celah diantara gigi- geligi). Hal ini terjadi karena adanya pertumbuhan tulang rahang kearah transversal untuk mempersiapkan tempat gigi –gigi permanen yang kan tumbuh celah yang terdapat  dimenssial cainus atas dan disebelah distal caninus bawah disebut     “primate space “ . Primate space ini diperlukan pada “ early mesial shift “. Adanya celah –celah ini memberi kemungkinan gigi-gigi permanen yang akan erupsi mempunyai cukup tempat, sebaiknya bila tidak ada memberi indikasi kemungkinan terjadi gigi berjejal (crowding).3

Hubungan molar kedua dalam arah sagital dapat  :3

  1. Berakhir pada satu garis terminal (flush terminal plane), yang merupakan garis vertikal disebelah distal molar kedua.
  2. Molar kedua mandibula letaknya lebih kedistal dari molar kedua maksila  (distal step).
  3. Molar kedua mandibula lebih kearah mesial molar kedua maksila (mesial step).

 

Hubungan Antara Gigi-gigi Susu Atas dan Bawah Waktu Oklusi

Setiap gigi beroklusi dengan 2 gigi dari rahang lawannya kecuali gigi insisivus central bawah dan molar 2 atas (sama dengan gigi tetap). Gigi-gigi desidui mempunyai alignment dan oklusi yang normal segera setelah umur 2 tahun, dengan akar-akar gigi terbentuk seluruhnya pada anak usia 3 tahun.4

Jika gigi-gigi desidui dalam alignment yang baik, oklusinya hampir mendekati effisiensi dan gigi-gigi berada dalam posisi asli. Oklusi ditunjang dan lebih efisien dengan erupsi dan oklusi dari gigi M1 tetap pada bagian distal dan dari M2 desidui. Pada saat ini umur anak 6 tahun dan ia akan menggunakan gigi-gigi desiduinya untuk 6 tahun kemudian lagi.4

 

Oklusi Normal Dari Gigi-gigi Desidui Pada Usia 3 tahun4

  1. Permukaan mesial gigi insisivus sentral atas dan bawah satu garis satu sama lain dengan garis median
  2. Gigi insisivus sentral atas beroklusi dengan gigi insisivus sentral bawah dan segitiga mesial mesio-distal dari gigi insisivus lateral bawah
  3. Gigi anterior bawah berkontak dengan gigi-gigi anterior atas pada bagian palatal di atas perbatasan edge insisal
  4. Insisivus lateral atas beroklusi dengan bagian dua pertiga distal meso-distal dari gigi insisivus lateral bawah dan slope mesial dari gigi c bawah
  5. Gigi c atas beroklusi dengan slope distal c bawah dan bagian sepertiga mesial  mesio-distal gigi M1 bawah
  6. Gigi M1 atas beroklusi dengan bagian dua-pertiga distal mesio-distal M1 bawah dan bagian mesial M2 bawah yaitu bagian mesial marginal ridge dan mesial triangular fosa
  7. Gigi M2 atas beroklusi dengan gigi M2 bawah dengan permukaan distal dari M2 atas diproyeksikan dengan perlahan-lahan pada bagian distal dari M2 bawah.

 

Fungsi Gigi Desidui4

  1. Untuk memberi jalan dalam penggantian gigi tetap yaitu proses yang berjalan pada usia 7-9 tahun. 1-2 tahun setelah akar terbentuk sempurna dan foramen apikal telah dibentuk, resorpsi akar dimulai dari apeks akar kejurusan korona.
  2. Untuk memberi kesejahteraan dan kesenangan pada masa perkembangan fisik dari penderita usia muda. Oleh karena itu, kehilangan gigi desidui tidak pada waktunya harus dihindarkan
  3. Untuk mempertahankan oklusi dan alignment yang baik dalam lengkung gigi.

 

B. Gigi Geligi Permanen

Foster ( 1982 ) membagi dalam tiga tahap perkembangan :

  1. Tahap erupsi molar pertama dan incisivi permanen.

Tahap 1 ( terjadi pada umur antara 6 – 8 tahun )

Terjadi penggantian gigi inncisivi dan penambahan molar pertama permanen . Pada umur 6,5 tahun ketika incisivus sentral atas erupsi akan terlihat space pada garis median prosesus alveolaris sehingga dapat menyebabkan kesalahan diagnosis sebagai suatu keadaan frenulum yang abnormal, keadaan ini disebut dengan istilah “ Ugly duckling stage “. Kadang –kadang incisivi permanen terlihat croding pada saat erupsi dan incisive Lateral berhimpitan ( overlap ) dengan gigi caninus susu. Keadaan ini bisa diatasi bila terdapat leeway space. Leeway space adalah perbedaan ruangan antara lebar mesiodistal gigi caninus, molar pertama dan kedua susu dengan caninus premolar pertama dan kedua permanen.2

Hubungan distal molar kedua susu atas dan bawah mempengaruhi hubungan molar pertama permanen, molar pertama permanen penting peranannya pada tinggi vertikal rahang selama periode penggantian gigi susu menjadi gigi permanen . Pada umur 8 tahun incisivi dan molar pertama permanen telah erupsi. Apabila incivisi atas lebih dulu erupsi dari yang bawah, dapat menyebabkan terjadinya  gigitan dalam ( deep overbite ).  Dengan adanya pertumbuhan gigitan dalam yang terjadi dapat terkoreksi dengan occlusal adjustment yang terjadi kemudian.2

  1. Tahap erupsi caninus, premolar dan molar kedua.

Tahap 2 ( terjadi pada umur antara 10 – 13 tahun )

Pada tahap ini bila molar susu bawah  sudah diganti oleh premolar permanen, sedangkan molar susu atas belum, maka akan terdapat penambahan besar overbite dan bila sebaiknya maka kontak gigi terlihat edge.2

  1. Tahap erupsi molar ketiga.

Tahap 3 ( tahap erupsinya molar ketiga )

 

Susunan Gigi Geligi Permanen dan Oklusi

Perbincangan mengenai susunan gigi geligi dan oklusi berhubungan erat dengan tingkat pertumbuhan, pada waktu dimana sudah ada bidang oklusi dan pertumbuhan umum sudah hampir selesai, dan tulang muka mencapai tingkat maksimal dalam pertumbuhannya, pada waktu ini umur kira-kira 20-25 tahun.4

Sebelum saat ini susunan gigi geligi, hubungan oklusi, tinggi bidang oklusi dalam hubungan dengan tinggi intermaksilla selalu berubah. Hubungannya berbeda-beda tergantung pada:

  1. Pertumbuhan dan erupsi gigi geligi
  2. Pertumbuhan tulang kranial, tulang muka dan tulang rahang
  3. Pertumbuhan otot-otot pengunyahan dan otot-otot muka

Sesudah ada bidang oklusi, perubahan-perubahan masih terus terjadi, yang dalam keadaan normal dipengaruhi oleh fungsinya, jadi perubahan-perubahan ini bukan hanya perubahan karena pertumbuhan4

Tiap-tiap gigi berkontak dengan gigi sebelahnya pada bagian aproksimal, dan pada titik kontak yang terletak pada batas bagian 1/3 insisal/oklusal dan tengah dari panjang korona. Begitu ada kontak dengan gigi antagonist daerah-daerah kunyah mulai menjadi aus, sebagai hasil dari daya kunyah. Lebih besar daerah yang menjadi aus, lebih dekat daerah kontak pada permukaan insisal/oklusal gigi-geligi depan/belakang. Oklusi dapat dikatakan sebagai hubungan antara daerah kunyah dari gigi geligi atas dan bawah. Hubungan ini kompleks.4

 

C. Periode Pertumbuhan Gigi Manusia


  1. 1.      Periode Gigi Desidui

Gigi susu adalah gigi yang pertama kali tumbuh pada masa bayi, sering juga disebut gigi sulung, gigi sementara,atau gigi desidui. Penamaan gigi susu diberikan karena gigi berwarna putih seperti susu. Gigi ini berjumlah 20 buah dengan jenis gigi seri,taring dan geraham.5  Gigi susu berjumlah 20 buah dan mulai tumbuh pada umur 6 -9 bulan dan lengkap pada umur 2 – 2,5 tahun. Gigi susu terdiri dari 5 gigi pada setiap daerah rahang masing – masing adalah : 2 gigi seri (incicivus),1 gigi taring.6

  1. 2.      Periode Gigi Campuran

Periode gigi bercampur adalah periode saat gigi susu yang sudah waktunya tanggal digantikan oleh gigi permanen atau gigi dewasa. Kebanyakan kasus maloklusi atau hubungan rahang atas dan bawah yang tidak ideal, disebabkan kerusakan gigi di periode ini.6

Pada anak-anak terdapat ruang/space antar gigi yang besar (jarang-jarang) yang disebut dengan istilah ugly duckling stage pada periode ini. Ruangan ini semakin lama akan semakin kecil dan normalnya akan terisi oleh gigi-gigi permanen yang tumbuh.6

Dua aspek penting pada periode gigi – geligi bercampur adalah :2

ü  Penggunaan dental arch perimeter.

ü  Penyesuaian perubahan oklusi yang terjadi selama pergantian gigi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam usaha mencegah terjadinya maloklusi pada periode gigi bercampur:

  • Pola erupsi gigi sulung yang abnormal
  • Persisten sisa akar gigi sulung
  • Gigi supernumerary
  • Gigi sulung ankylosis
  • Crype tulang yang tidak tererabsorpsi
  • Jaringan lunak yang menghalangi
  • Tambalan gigi sulung yang berlebihan

 

  1. 3.      Periode Gigi Dewasa

Gigi permanen berjumlah 28 – 32. Pada tiap kuadran terdiri dari 2 gigi seri, 1 gigi taring, 2 gigi premolar, dan 3 gigi molar pada setiap daerah rahang. Gigi permanen menggantikan gigi susu. Antara umur 6 – 14 tahun 20 gigi susu diganti gigi permanen. Gigi molar 1 dan 2 mulai erupsi pada umur 6 – 12 tahun sedangkan gigi molar 3 mulai erupsi pada umur 17 – 21 tahun.6

Gigi- geligi tetap yang adan dibagi atas dua kelompok :

  • Successional Teeth, gigi permanen yang menggantikan gigi susu.
  • Accesssional Teeth, gigi tetap yang erupsi diposterior dari gigi susu.

 

D. Penyesuaian Oklusi (Occusal adjustment)

Menurut Salzmann  ( 1966 ) terdapat 3 mekanisme yang berbeda pada penyesuaian oklusi normal gigi susu keperiode gigi bercampur sampai tercapai stabilisasi pada periode gigi permanen :2

  • Jika bidang vertikal dari permukaan distal molar kedua susu atas terletak distal molar kedua susu bawah maka molar prtama permanen akan menempati sesuai dengan oklusi pada gigi susu.
  • Jika terdapat primate space dan bidang  vertikal molar kedua susu segaris, maka terjadi oklusi normal pada molar pertama permanen, karena adanya pergeseran  molar susu kemesial sehingga ruangan tersebut tertutup.
  • Jika bidang vertikal sama dan molar pertama permanen hubungannya cusp, maka oklusi normal terjadi karena adanya pergeseran kemesial yang terjadi kemudian setelah molar kedua susu tanggal.

Periode diantara periode gigi susu dan gigi –gigi permanen disebut periode gigi –gigi bercampur.  Menurut Moyers ( 1974 ) adalah merupakan periode dimana gigi susu dan permanen berada bersama-sama didalam mulut.2

 

Ada 2 macam oklusi, yaitu:4

  1. Oklusi sentris, ialah hubungan kontak maksimal dari gigi rahang atas dan rahang bawah waktu mandibula dalam keadaan relasi sentris. Relasi sentris adalah hubungan mandibula dengan maksila, dimana kedua kepala sendi (kapituli) berada dalam keadaan paling dorsal dalam cekungan sendi (glenoid fossa) tanpa mengurangi kebebasannya untuk bergerak ke lateral.
  2. Oklusi aktif, ialah hubungan kontak antara gigi gigi di rahang atas dan di rahang bawah dimana gigi-gigi rahang bawah mengadakan gerakan/geseran ke depan, ke belakang, ke kiri, dan ke kanan/gerakan lateral.

Syarat-syarat oklusi sentris :4

  1. Gigi atas dan bawah dalam hubungan kontak maksimal dan tak bekerja.
  2. Bibir menekan satu sama lain.
  3. Ujung lidah pada sepertiga insisal dan tengah dari gigi-gigi insisivus atas dan bawah.
  4. Otot-otot kunyah dalam keadaan kontraksi
  5. Ekspresi/tarikan muka harus kelihatan normal.

 

E. Maloklusi

Maloklusi adalah setiap keadan yang menyimpang dari oklusi normal, maloklusi juga diartikan sebagai suatu kelainan susunan gigi geligi atas dan bawah yang berhubungan dengan bentuk rongga mulut serta fungsi.7

Maloklusi dapat timbul kaena faktor keturunan dimana ada ketidaksesuaian besar rahang dengan besar gigi-gigi di dalam mulut. Misalnya, ukuran rahang mengikuti garis keturunan Ibu, dimana rahang berukuran kecil, sedangkan ukuran gigi mengikuti garis keturunan bapak yang giginya lebar-lebar. Gigi-gigi tersebut tidak cukup letaknya di dlaam lengkung gigi. Kekurangan gizi juga dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tulang rahang terganggu. Macam-macam Maloklusi dibagi 3:7

  1. Maloklusi tipe dental, terjadi jika perkembangan rahang atas dan rahang bawah terhadap tulang kepala normal, tapi gigi-giginya mengalami penyimpangan
  2. Maloklusi tipe skeletal, terjadi karena hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap tulang kepala tidak harmonis, karena ada gangguan pertumbuhan dan perkembangan rahang
  3. Maloklusi fungsional, terjadi karena adanya kelainan otot-otot, sehingga timbul gangguan saat dipakai untuk mengunyah

 

BAB III

PENUTUP

 

A. Kesimpulan dan Saran

Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada Maksila dan mandibula, yang terjadi selama pergerakan Mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang. Ada 2 istilah oklusi, yaitu oklusi ideal, dan oklusi normal. Gigi-gigi desidui mempunyai alignment dan oklusi yang normal segera setelah umur 2 tahun, dengan akar-akar gigi terbentuk seluruhnya pada anak usia 3 tahun. Gigi desidui memiliki fungsi penting sebagai penunjuk jalan gigi permanen yang akan tumbuh, dimana gigi permanen tersebut berada dibawah gigi desidui.

Periode perkembangan gigi manusia adalah:

  1. Periode gigi desidui
  2. Periode gigi campuran
  3. Periode gigi permanen

Posisi oklusi gigi-geligi berperan besar dalam keadaan fisiologis. Selain factor fisiologis, kenyamanan merupakan factor penting lain yang menyebabkan oklusi gigi-geligi perlu diperhatikan secara tepat dan akurat. Suatu gigi yang hilang harus segera diganti dengan gigi tiruan agar tidak mengganggu fungsi oklusi. Pada hakikatnya penggantian gigi tiruan berfungsi untuk pengunyahan, pengucapan, estetis, menjaga kesehatan jaringan, serta mencegah kerusakan lebih lanjut dari struktur organ rongga mulut. Untuk menunjang fungsi-fungsi diatas diperlukan keseimbangan dan keharmonisan antara komponen system pengunyahan, baik gigi-geligi, otot dan sendi temporomandibular yang semuanya berfungsi dengan baik.

Posisi dan oklusi gigi berperan penting dalam mengunyah dan menelan. Oklusi dapat diartikan sebagai kontak anatara gigi-geligi secara langsung yang saling berantagonis dari satu rangkaian gerakan mandibula.

Maloklusi adalah setiap keadan yang menyimpang dari oklusi normal, maloklusi juga diartikan sebagai suatu kelainan susunan gigi geligi atas dan bawah yang berhubungan dengan bentuk rongga mulut serta fungsi.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

  1. Nasution MI. Morfologi Gigi Desidui dan Permanen. Medan, USU Press: 2008
  2. Soeyoto, Wiyono A, Nindyo A. Gigi dan Mulut. <http://rssm.iwarp.com/gigi.html&gt;.  (7 Oktober 2011)
  3. Lawalangy. Perkembangan Oklusi. <http://lawalangy.wordpress.com/ 2007/04/20/ perkembangan-oklusi/>. (7 Oktober 2011)
  4. Harshanur IW. Anatomi Gigi . 2nd ed. Jakarta: EGC. 1992: 26, 248-256.
  5. Harahap V. Periode pertumbuhan Gigi. <http://vinaharahap.blogspot.com/ 2011/07/ gigi-susu-normal-bayi-ang-baru-lahir.html>. (7 oktober 2011)
  6. Ariotejo B. Anantomi dan Morfologi Gigi Manusia. <http://bimaariotejo. wordpress.com/category/referat/referat-forensik/>. (7 Oktober 2011)
  7. Dentisha. Maloklusi. <http://luv2dentisha.wordpress.com/2010/05/08/maloklusi/>. (7 Oktober 2011)

Peranan Mikrobial Terhadap Infeksi Karies, Endodonti, dan Periodontal

BLISA NOVERTASARI .S

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

Menurut statistik, karies gigi adalah penyakit yang paling sering terjadi pada manusia, setelah demam flu. Karies dapat terjadi pada siapa saja, walaupun umumnya sering muncul pada usia anak atau dewasa muda. Karies inilah yang merupakan penyebab utama kehilangan gigi pada usia muda. Asam yang diproduksi dalam plak akan terus merusak lapisan email gigi. Kemudian bakteri akan mengikuti jalan yang sudah dibuat oleh asam dan menginfeksi lapisan berikutnya, yaitu dentin.1

Jika email yang bersih terpapar di rongga mulut maka akan ditutupi oleh lapisan organik yang amorf yang disebut pelikel. Pelikel ini terutama terdiri atas glikoprotein yang diendapkan dari saliva dan terbentuk segera setelah penyikatan gigi. Sifatnya sangat lengket dan mampu membantu melekatkan bakteri-bakteri tertentu pada permukaan gigi. Bakteri yang mula-mula menghuni pelikel terutama yang berbentuk kokus. Yang paling banyak adalah streptokokus. Organisme tersebut tumbuh, berkembang biak dan mengeluarkan gel ekstra-sel yang lengket dan akan menjerat berbagai bentuk bakteri yang lain. Dalam beberapa hari plak ini akan bertambanh terbal dan terdiri dari berbagai macam mikroorganisme. Akhirnya flora plak yang tadinya didominasi oleh bentuk kokus berubah menjadi flora campuran yang terdiri atas kokus, batang, dan filamen.2

Endodontik adalah cabang kedokteran gigi yang melakukan perawatan saluran akar, dikarenakan infeksi gigi yang telah menyebabkan kematian pada saluran akar gigi.Perawatan saluran akar ini adalah metode perawatan gigi konservatif yang berusaha menyelamatkan struktur gigi yang masih ada dan mengobati infeksi gigi.

Penyakit periodontal atau penyakit gusi, merupakan suatu kondisi dimana jaringan periodontal yang terdiri dari gusi, tulang alveolar, membrane periodontal, dan sementum terserang infeksi sehingga mengalami peradangan dan kerusakan.3

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A. Peranan Mikroba Terhadap Terjadinya Karies

Ada empat hal utama yang berpengaruh pada karies yaitu permukaan gigi, bakteri kariogenik (penyebab karies), karbohidrat yang difermentasikan, dan waktu. Pada makalah ini, kita akan membahas microbial/bakteri kariogenik.

Mulut merupakan tempat berkembang biaknya banyak bakteri, namun hanya sedikit bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus mutans dan Lactobacilli di antaranya. Khusus untuk karies akar, bakteri yang sering ditemukan adalah Lactobacillus acidophilusActinomyces viscosusNocardia spp., dan Streptococcus mutans. Contoh bakteri dapat diambil pada plak.4

Pada manusia mikroba yang terkait karies permukaan halus dan ceruk-fisur adalah streptokokus golongan mutan, khususnya Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus, sedangkan mikroba terkait dengan karies akar adalah Actinomyces spp. Kendatipun Streptococcus golongan mutan berperan penting dalam mengawali karies, golongan ini tidak begitu berperan dalam perkembangan karies selanjutnya, yaitu karies yang dalam. Bakteri didalam lapisan karies yang paling dalam didominasi oleh anaerob obligat.Ketika pulpa terpajan oleh karies, banyak sekali spesies oportunis dari flora oral yang menginvasi dan berkoloni di jaringan yang nekrosis. Hal ini memungkinkan seleksi oleh ekosistem yang menyebabkan infeksi yang berasal dari jaringan gigi.5

            Streptococcus mutans dan laktobasilus merupakan kuman yang kariogenik karena mampu segera membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Kuman-kuman tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polosakharida ekstra sel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan. Polisakharida ini, yang terutama terdiri dari polimer glukosa, menyebabkan matriks plat gigi mempunyai konsistensi seperti gelatin. Akibatnya bakteri-bakteri terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain. Dan karena plak makin tebal maka hal ini akan menghambat fungsi saliva dalam menetralkan plak tersebut.2

Ternyata, dalam mulut pasien yang caries aktive, jumlah Streptococcus mutans dan laktobasilus lebih banyak ketimbang dalam mulut orang yang bebas karies. Penyelidikan akhir-akhir ini juga memperlihatkan bahwa S. Mutans dapat dipindahkan dari ibu ke bayinya, mungkin dengan kontak oral. Oleh karena itu karies harus dianggap sebagai suatu penyakit yang dapat ditularkan dan dipindahkan.2

 

B. Peranan Mikrobial pada Karies Endodonti

D. Miller (1894) adalah peneliti yang pertama mengidentifikasi bakteri pada saluran akar. Endodontik adalah cabang kedokteran gigi yang melakukan perawatan saluran akar, dikarenakan infeksi gigi yang telah menyebabkan kematian pada saluran akar gigi.Pengetahuan mengenai saluran akar gigi merupakan hal penting untuk keberhasilan suatu perawatan endodontik.

Weine membagi bentuk saluran menjadi 4 tipe, yaitu:

  • Tipe I : Saluran akar tunggal dari kamar pulpa menuju apeks
  • Tipe II: Dari kamar pulpa ada dua saluran akar dan menjadi satu pada daerah mendekati apeks
  • Tipe III: Dua saluran akar terpisah mulai dari kamar pulpa sampai apeks
  • Tipe IV: Dari kamar pulpa, satu saluran akar dan pada daerah mendekati apeks terpisah menjadi dua.6

Penyakit pulpa dan periapeks terjadi karena timbulnya infeksi oleh bakteri oportunispatogen pada jaringan pulpa dan periapeks.Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa penyakit pulpa dan periapikal disebabkan oleh bakteri oral secara langsung maupun tidak langsung.Tahap-tahap infeksi pada penyakit endodonsi meliputi :

  • Invasi mikroba
  • Kolonisasi
  • Multiplikasi
  • Aktifitas patogenitas

 

Penelitian pertama Miller(1890) membuktikan adanya bakteri pada jaringan pulpa gigi manusia yang nekrotik. Flora dalam saluran akar yang terinfeksi pada umumnya terdiri dari banyak spesies bakteri (polimikrobial).Spesies yang dahulu dianggap predominan adalah Streptococci, Micrococci dan sejumlah kecil bakteri anaerob.Semakin canggih media kultur dan teknik identifikasi bakteri, ditemukan bahwa 90% bakteri adalah anaerob.

Kakehashi et al. (1965) melakukan penelitian dengan membuka jaringan pulpa gigi tikus yang hidup dalam kondisi biasa (konvensional) dan yang steril (gnotobiotic).Ditemukan lesi pulpa dan periapikal hanya terjadi pada tikus yang konvensional. Infeksi saluran akar bersifat multibakterial(mixed infection). Bakteri yang paling berperan adalah bakteri anaerob Bacteriodes yang sekarang dikenal dengan Porphyromonas dan Prevotella.

Jalan masuk bakteri ke pulpa:

  1. Terbukanya tubulus dentin
  2. Terbukanya pulpa secara langsung
  3. Ligamen periodontal melalui foramen apikal dan lateral
  4. Bakteri dalam darah(anachoresis)

 

  1. 1.      Enterococcus faecalis

Enterococcus faecalis adalah salah satu bakteri yang terdapat pada infeksi saluran akar. Nama “Enterocoque” pertama kali digunakan oleh Thiercelin pada surat kabar di Prancis pada tahun 1899 untuk mengidentifikasi organisme pada saluran intestinal. Pada tahun 1930, Lancefield mengelompokkan Enterococci sebagai Streptococci grup D. Kemudian pada tahun 1937, Sherman mengajukan skema klasifikasi dimana nama enterococci hanya digunakan untuk streptococci yang dapat tumbuh pada 100C dan 450C, pada pH 9,6 dan dalam 6,5% NaCl dapat bertahan pada suhu 600C selama 30 menit. Akhirnya pada tahun 1980-an, berdasarkan perbedaan genetik, enterococci dipindahkan dari genus Streptococcus dan ditempatkan digenusnya sendiri yaitu Enterococcus.Enterococcus faecalis merupakan bakteri yang tidak membentuk spora, tidak bergerak, metabolisme fermentatif (karbohidrat menjadi asam laktat), fakultatif anaerob, kokus gram positif dan tidak menghasilkan reaksi katalase dengan hydrogenperoksida. Bakteri ini berbentuk ovoid dengan diameter 0,5-1 μm dan terdiri dari rantai pendek, berpasangan atau bahkan tunggal.

 

 Koloni  Enterococcus faecalis

Bakteri ini sering ditemukan pada infeksi rongga mulut, periodontitis marginalis, infeksi saluran akar, abses periradikular dan sering terdeteksi pada kasus terapi endodontik yang gagal termasuk pada pengisian saluran akar dengan periodontitis apikalis yang persisten. Enterococcus faecalis dapat bertahan hidup di saluran akar sekalipun dalam lingkungan yang merugikan dengan nutrisi yang terbatas.7

Enterokokus yang bereaksi dengan antiserum golongan D adalah bagian dari flora usus normal. Antigen golongan D adalah asam teikoat, antigen ini buknlah suatu antigenic yang baik dan enterokokus biasanya diidentifikasi melalui ciri-ciri khas lain. Antigen ini biasanya bersifat nonhemolitik dan kadang-kadang alfa hemolitik tetapi PYR-positif. Bakteri ini tumbuh pada perbenihan empedu, eskulin hidrolisa, dan pada NaCl 6,5%. Bakteri ini bersifat resisten terhadap penisilin G dibandingkan dengan Streptokokus dan sedikit isolate yang memiliki plasmid beta laktamase8

  1. 2.      Actinomyces spp

Actinomyces juga berperan dalam infeksi saluran akar, merupakan bakteri gram positif anaerob yang berasal dari genus Actinomyces bakteri ini sebagian besar berhabitat didaerah mulut khusunya saliva, lidah dan gingival. Bakteri ini tergolong unik dan belum terisolasi dari habitat lain. Walaupun Actinomyces merupakan flora normal, tetapi bila terdapat pada daerah yang bukan habitatnya, maka bakteri ini akan menjadi patogen.

            Sama seperti Enterococcus faecalis, Actinomyces juga merupakan bakteri gram positif yang anaerob dan tidak membentuk spora.Bila bakteri yang patogen, didalam jaringan, spesies Actinomyces terdapat sebagai filament bercabang yang dikelilingi oleh peradangan supuratif, abses dan fibrosif.ciri khas peradangan ini adalah granula sulfur dalam nanah.8

 

C. Peranan Mikrobial pada Infeksi Karies Periodontal

Bakteri adalah penyebab utama terjadinya penyakit periodontal. Kalau kebersihan mulut tidak kita jaga, maka timbunan plak pada permukaan gigi akan semakin menebal. Berbagai bakteri yang terdapat didalam plak ini tidak hanya merusak gigi, tetapi juga dapat masuk kedalam gusi dan menginfeksi jaringan periodontal yang lebih dalam.

Plak yang sudah lama menimbun dan tidak dibersihkan, baik plak yang diluar maupun yang sidah masuk kedalam gusi, dapat mengeras dan berubah menjadi karang gigi. Permukaan karang gigi yang kasar ini, akan semakin mempermudah plak lainnya untuk menempel dan menginfeksi jaringan periodontal.

Menghadapi serangan bakteri ini, tubuh kita akan memberikan respon yang disebut peradangan atau inflamasi, yang akan menghadang serangan dari bakteri. Pada proses peradangan, sel-sel dari sistem kekebalan tubuh kita akan mengeluarkan suatu substansi yang menimbulkan proses peradangan. Namun sayangnya substansi ini meskipun dapat menghadang bakteri lewat proses inflamasi, substansi ini juga dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan periodontal disekitar gigi. Awalnya gusi yang mengalami inflamasi akan membengkak dan mudah berdarah, perlekatan gusi dengan gigi juga akan mengalami kerusakan. Hal ini mengakibatkan sulkus gusi yang merupakan celah antara gigi dengan gusi menjadi bertambah dalam. Apabila hal ini terjadi, maka plak akan semakin aman didalam sulkus gusi karena sikat gigi atau flossing akan semakin sulit mencapai dasar sulkus yang semakin mendalam tadi.

Jika plak ini tidak segera ditangani, maka proses peradangan akan sampai ke jaringan periodontal lainnya, khususnya jaringan tulang alveolar yang berfungsi menyangga gigi dengan kokoh. Gigi akan menjadi mobile, bila pada kasus yang parah, gigi perlu dicabut bahkan juga dapat terlepas sendiri dari gusi.

Penyakit periodontal terbagi lagi menjadi tiga tahapan:

  • Ginggivitis

Peradangan pada jaringan gusi merupakan tahap paling awal dari penyakit periodontal.Kondisi ini disebabkan oleh iritasi dari plak yang biasanya menumpuk di pinggiran gusi. Apabila plak tidak dibersihkan, bakteri-bakteri yang berada didalamnya akan menghasilkan toksin yang mengiritasi gusi yang berakibat pada inflamasi. Ciri-ciri yang terlihat yaitu gusi membengkak dengan warna merah, dan gampang berdarah saat menyikat gigi/flossing. Perawatan akan membantu gusi kembali sehat seperti semula.

  • Periodontitis

Pada tahap ini kerusakan akan meliputi jaringan membran periodontal dan tulang alveolar. Sulkus gusi semakin dalam dan plak menjadi sukar dibersihkan.Selain itu, pinggiran gusi juga dapat menurunsehingga mahkota gigi tampak lebih panjang. Jaringan periodontal pada tahap ini tidak dapat kembali utuh seperti semula, tetapi proses kerusakan dapat dihentikan dengan melakukan perawatan skeling dikombinasikan dengan perawatan root planning. Regenerasi jaringan dapat dilakukan dengan tindakan bedah periodontal.

  • Advanced Periodontitis

Pada tahap ini kerusakan jaringan periodontal sudah semakin meluas.Sulkus gusi bertambah dalam, membran periodontal semakin rusak, dan tulang alveolar mengalami resorpsi/menghilang. Gigi akan kehilangan dukungannya dan menjadi mobile.Kerusakan ini kebanyakan bersifat permanen.Kondisi ini dapat diperbaiki dengan bedah periodontal.Jika tidak berhasil, kemungkinan gigi yang mobile harus dicabut.

BAB III

PENUTUP

 

A. Kesimpulan

Endodontik adalah cabang kedokteran gigi yang melakukan perawatan saluran akar, dikarenakan infeksi gigi yang telah menyebabkan kematian pada saluran akar gigi.

Penyebab utama penyakit periodontal adalah bakteri pada plak yang tertimbun di permukaan gigi. Bakteri dalam plak kemudian masuk ke gusi dan dapat menginfeksi jaringan periodontal yang lebih dalam. Tahapan penyakit periodontal yakni gingivitis, periodontitis, dan advanced periodontitis.

Enterococcus faecalis dan actinomyces adalah dua dari banyak bakteri yang berperan dalm terjadinya infeksi karies endodontik (saluran akar gigi)

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

  1. Pratiwi D. Gigi sehat dan cantik. In: Suhanda I, ed. Jakarta: Kompas, 2009: 31.
  2. Kidd EA, Joyston S. Dasar-dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya. In: Sumawita S, ed. Jakarta: EGC, 1991: 3
  3. Rahmadhan AG. Serba serbi kesehatan gigi dan mulut. In: Handayani NP, ed. Jakarta: Bukune, 2010: 101-4.
  4. Anonymous. Karies gigi. <http://id.wikipedia.org/wiki/Karies_gigi>. 5 Oktober 2011.
  5. Walton RE, Torabinejad M. Prinsip dan praktik ilmu endodonsia 3rd ed. Alih bahasa. Sumawinata N. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC, 2008: 317.
  6. Tarigan R. Perawatan pulpa gigi (endodonti). 2nded. In: Juwono L,ed. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC, 2006: 12.
  7. Anonymous. Universitas Sumatera Utara. <http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29159/4/Chapter%20II.pdf>. 5 Oktober 2011.
  8. Nasution M. Pengantar mikrobiologi. Medan: USU Press, 2010: 103;175-6

Imunologi Penyakit Wajah, Rahang, dan Sendi

BLISA NOVERTASARI .S

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme.1

Fungsi utama imunitas adalah mengenali setiap benda asing yang masuk ke dalam tubuh serta menghancurkannya. Benda asing yang masuk ke dalam tubuh itu dikenal dengan nama antigen. Umumnya antigen tersusun atas protein yang mengandung substansi dari organisme lain, seperti toksin yang dihasilkan oleh virus dan bakteri. Suatu substansi yang merupakan suatu antigen untuk organisme lain.2

Sel yang bertanggung jawab dalam respons imunitas adalah leukosit yaitu sel darah putih yang bersifat fagosit yaitu “memakan” kuman yang masuk ke dalam tubuh. Salah satu jenis leukosit yang berperan dalam pembentukan antibodi adalah limfosit. Limfosit terbagi lagi menjadi dua, yaitu sel-T dan sel-B. Bila suatu antigen ada di tubuh, sel-T memprosesnya sehingga dapat dikenal oleh sel-B. Sel-B lalu menghasilkan antibodi yang cocok dengan antigen tertentu. Antibodi mengikat diri dalam antigen sehingga patogen lebih mudah diserang secara fagosit. Sekali tubuh menghasilkan antibodi terhadap suatu patogen tertentu, seterusnya memori sel-B dapat menghasilkan antibodi itu kapan saja terjadi serangan oleh patogen yang sama.2

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.   Immunologi Oral

 

            Kesehatan rongga mulut bergantung pada integritas dari oral mukosa. Jika oral mukosa masih tetap utuh, hanya sedikit mikoorganisme yang dapat menembus jaringan dasar. Pada lamina propria yang berbatasan dengan lapisan dasar membran terdapat sel-sel limphoid yang bekerja melawan mikroorganisme yang masuk. Sel-sel intra-oral lymphoid ini bekerja sama dengan ekstra-oral lymph node dalam melindungi rongga mulut. Beberapa sel-sel limphoid intra-oral ini yaitu :

1.  Palatine tonsils yang terdiri dari sepasang lymphoid masses yang terletak antara glossopalatine dengan daerah pharyngopalatine arch. Sel ini tersusun atas sel B dan sel T dengan sel penghasil IgG yang paling dominant.

       2.  Lingual tonsil terletak pada masing-masing sisi lidah sebelah distal dari papila circumvallate. Sel ini terdiri atas limphoid nodule.

3.  Pharyngeal tonsil yang terdiri atas simple mass dari limphoid tissue yang terletak dibawah mukosa nasopharyngeal.3

Selain itu, terdapat juga jaringan limphoid yang tersebar pada daerah lain di rongga mulut. Misalnya pada major dan minor salivary gland. Kelenjar saliva secara dominan mensekresi IgA dan sedikit mensekresi IgM atau IgG. Pada gingiva normal juga dapat ditemui sel-sel limfosit. Pada keadaan dimana terjadi akumulasi plak maka jumlahnya bertambah dan akan mempreduksi IgG lebih banyak dari IgA dan IgM.3

 

B. Immunologi Periodontal

Bakteria plak gigi mengawali peradangan gingiva dan ditemukannya plak kemudian diikuti gingivitis. Bakteria mengawali reaksi peradangan, dan respon imun hospes mungkin berperan baik pada peradangan gingiva kronik maupun perkembangan menjadi periodontitis parah. Hal ini dapat terjadi bertahun-tahun atau puluhan tahun, dengan kerusakan pada ligament periodontal dan tulang penyangga, menuju ke arah pembentukan poket, gigi goyang dan akhirnya kehilangan gigi.4

Gingivitis ditandai dengan adanya peradangan pada gingiva yang pada pemeriksaan dekat tampak diinfiltrasi oleh sel-sel inflammasi dan imun. Perubahan pada ekspresi molekul inflammasi berhubungan dengan tingkat keparahan dari peradangan. Meningkatnya jumlah antibody yang bersirkulasi melawan pathogen periodontal yang putative juga terjadi. 4

Periodontitis adalah penyakit yang ditandai dengan hancurnya jaringan ikat dan jaringan keras sehingga menyebabkan kehilangan gigi. Ada gaktor genetik untuk periodontitis tetapi faktor lingkungan diperlukan untuk menampilkan fenotipe. Hal ini termasuk kebersihan mulut yang buruk, diet yang buruk dan merokok dan berbagai penyakit seperti diabetes mellitus. Periodontitis umumnya disertai radang yang lebih besar dan tidak hanya didapat dengan mengamati epitel rongga mulut tetapi leni dalam pada jaringan di dekat tulang. Kehadiran sel immuno-inflamasi disertai oleh kerusakan jarungan penyangga gigi-ligamentum periodontal dan tulang dento-alveolar. Kehadiran sejumlah besar sel B dalam jaringan periodontal sering menjadi karakteristik penyakit ini. Kualitas dari respon host diatur oleh sel T dan substansi yang disekresikan sel T (sitokin) memiliki pengaruh besar pada patogenesis periodontitis. 4

Terdapat empat tahap imunopatologik yang mempunyai hubungan imun sistemik, yaitu:

  1. Lesi awal ditemukan pada status normal, dengan respon peradangan lokal terhadap leukosit polimorfonuklear; aktivasi komplemen dan kemotaksis yang disebabkan oleh antigen plak dan kemungkinan kompleks imun terdapat pada tahap ini.
  2. Lesi dini menunjukkan infiltrasi lokal terutama dari limfosit-T dan beberapa limfosit-B. dalam sirkulasi limfosit disintesis terhadap antigen plak pada tahap ini.
  3. Lesi tetap ditandai dengan infiltrasi sel plasma lokal dan limfosit darah perifer dapat dirangsang untuk berproliferasi dengan antigen plak.

Lesi lanjut ditandai dengan perubahan mekanisme imunopatologik, dengan ulser epitel poket dan kerusakan lokal dari kolagen dan tulang.

 

C. Imunologi Endodontik

Infeksi endodontic merupakan infeksi yang berhubungan dengan kondisi yang mengenai pulpa gigi, akar gigi, dan jaringan periapikal. Infiltrasi bacterial pada system kanal akar gigi sebagai akibat karies gigi, trauma iatrogenic, peningkatan penyakit periodontal atau fraktur traumatic gigi yang menimbulkan inflamasi dan respon imun dalam pulpa gigi.5

Paparan patogenik yang terus-menerus menyebabkan nekrosis pada pulpa gigi. Hasil inflamasi dan respon imun ini menyebabkan periodontitis apical, dimana terjadi kerusakan tulang alveolar pada apex akar gigi.5

Perpetuasi pada reaksi inflamsi kronis ini berperan penting pada perkembangan penyakit periradikular yang terdiri dari granuloma periradikular, abses dan kista tulang periradikular. Walaupun umumnya bersifat lokal, disregulasi pada inflamasi kronis ini berperan penting pada diseminasi pathogen, hasil pada morbidity (abnormal) dan mortality (kematian).5

 

D. Sitokin

Sitokin merupakan protein sistem imun yang bertindak sebagai penyesuai respons biologi (biological response modifiers). Protein-protein ini mengkoordinasi interaksi antara sel-sel dalam sistem imun. Sitokin termasuk Monokin (dihasilkan oleh makrofage, seperti Interleukin-1, Tumor Necrosis Factor, Interferon) dan Limfokin (dihasilkan oleh sel T teraktif dan sel NK, seperti Interleukin 2-6, Interferon, Limfotoksin). Satu ciri penting sitokin ialah kesannya adalah pleiotropik dan berlebihan (redundant). Penamaan sitokin berdasarkan pada sel yang menghasilkannya atau bioasai yang digunakan untuk mengaktifkannya. Limfokin ialah bahan polipeptid bukan imunoglobulin yang bertindak ke atas fungsi sel lain yang sebahagian besar dihasilkan oleh limfosit T. Limfokin mungkin menekan atau merangsang sesuatu gerak balas imun. Limfokin mungkin memudahkan proliferasi, pertumbuhan atau pembesaran sel, serta mungkin bertindak ke atas transkripsi gen untuk mengawal fungsi sel. Limfokin mungkin mempunyai kesan autokrin atau parakrin. Monokin merupakan sitokin yang dihasilkan oleh monosit (dan makrofage).6

Beberapa jenis sitokin adalah sebagai berikut :

A. Interleukin (IL)

Interleukin ialah sekumpulan sitokin yang disintesis oleh limfosit, monosit dan beberapa jenis sel lain yang meningkatkan pertumbuhan sel T, sel B, sel pokok hematopoietik serta mempunyai beberapa fungsi biologi lain.6

B. Interferon (INF)

Sekumpulan protein imunocoupled yang dihasilkan oleh sel T, fibroblas dan beberapa jenis sel lain selepas rangsangan oleh virus, antigen, mitogen, DNA atau lektin. INF mempunyai fungsi proteksi dan meningkatkan fungsi makrofage memusnahkan sel tumor, virus dan bakteria. IFN dikelaskan sebagai  atau  (mempunyai aktiviti anti-virus) dan  (IFN imun). Fungsi INF untuk menghalangi infeksi sel tak terinfeksi adalah spesifik spesies tetapi tidak spesifik virus. Infeksi oleh hampir semua virus dapat ditangani oleh INF. INF tidak mempunyai aktivitas anti-virus sendiri. INF ini bekerja dengan mempengaruhi pembentukan satu set protein coupled dalam translasi mRNA virus. Sel NK juga dapat menghasilkan INF.6

C. Tumor Necrosis Factor (TNF)

Faktor nekrosis tumor a (TNF a): Sejenis monokin sitotoksik yang dihasilkan oleh makrofage yang dirangsang oleh endotoksin. TNF a terlibat dalam peradangan dan regenerasi jaringan. Sel-sel yang menghasilkan TNF a termasuk monosit, makrofage, limfosit T dan B, sel NK serta sel-sel lain yang dirangsang oleh lipopolisakarida dan produk-produk mikroorganisma lain. TNF a dapat bergabung dengan reseptor pada beberapa jenis sel tumor dan menyebabkan lisis.6

Faktor nekrosis tumor b (TNF b): Dihasilkan oleh limfosit teraktif. TNF b dapat memusnahkan sel tumor dalam kultur, mempengaruhi pengekspresian gen, merangsang proliferasi fibroblas dan memiliki aktivitas yang sama seperti TNF a yaitu terlibat dalam peradangan. TNF b merupkan sitokin yang terlibat dalam pemusnahan sel sasaran oleh sel T sitotoksik, sel NK dan sel LAK.6

E. Osteoimmunologi

Tulang dan sistem kekebalan tubuh keduanya jaringan yang kompleks, yang masing-masing, mengatur kerangka dan tanggapan tubuh untuk menyerang patogen. Hal ini telah menjadi semakin jelas bahwa interaksi kritis antara kedua sistem organ sering terjadi. Hal ini terutama berlaku bagi perkembangan sel-sel kekebalan di sumsum tulang dan untuk fungsi sel-sel tulang dalam kesehatan dan penyakit. Namun, karena kedua disiplin ilmu dikembangkan secara independen, peneliti di masing-masing tidak selalu sepenuhnya menghargai arti dari yang lain.7

Banyak faktor yang terlibat dalam pemeliharaan homeostasis tulang dan beberapa sistem sitokin telah diusulkan sebagai regulator sentral dari fungsi osteoclast. Faktor pertumbuhan seperti superfamili TGF yang mencakup protein morfogenik tulang, hormon dan sitokin semua terlibat dalam mengatur keseimbangan antara resorpsi dan deposit tulang. Namun, sitokin tidak selamanya terlibat osteoclastogenesis tetapi hanya terlibat dalam proses modulasi ini. Ada kemungkinan bahwa sebagian besar protein destruktif tulang yang terkait dengan sitokin properadangan, termasuk TNF-? dan IL-1, yang dimediasi melalui induksi kuat mereka RANKL.5

Mekanisme kerja dari sitokin adalah sebagai berikut : sitokin dapat bekerja mempermudah dalam Tissue Remodeling, mempercepat Proliferasi sel, dan apoptosis sel. Tissue remodelling dipengaruhi oleh Plasminogen Activator System (Tissue Matrix Methyloproteinase). Selain itu sitokin juga mempengaruhi proses osteoclast tulang yaitu terlibat dalam mengatur keseimbangan antara resorpsi tulang dan pembentukan tulang (oleh osteoblast).5

Faktor yang mempengaruhi osteoimunologi oral adalah aktivitas osteoblast dalam mensekresi osteocalcin dalam proses pembaentukan tulang. Penurunan aktivitas osteoblast sebagai respon dari TLR2 ligation. Peningkatan aktivitas osteoblast sebagai respon dari reaksi inflamasi. Ada persaingan antara receptor activation of nuclear factor kappa B (RANK) dengan osteoprotegerin (OPG) dalam mengikat ligan mereka RANKL menyebabkan aktivitas osteoblast menurun. RANK menstimulasi osteoklas ketika OPG secara efektif menurunkan konsentrasi RANKL yang tersedia untuk aktivasi osteoklas meningkatkan aktivitas osteoblast.5

 

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Osteoimunologi Rongga Mulut

  • Jumlah osteocalcin yang dihasilkan osteoblast untuk pembentukan tulang, tapi pada masa infeksi aktivitas osteobalst malah menurun dan menyebabkan peningkatan perangsangan osteoclast untuk respon inflamasi.
  • Kompetensi antara RANK dengan osteoprotegerin (OPG) untuk berikatan dengan  ligand RANKL.
  • RANK merangsang aktivitas osteoklas agar menghambat OPG, karena menurunkan konsentrasi RANKL yang terdapat dalam aktivasi osteoklas.

 

BAB III

PENUTUP

 

A. Kesimpulan dan Saran

  • Imunitas adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar.
  • Sitokin merupakan protein sistem imun yang bertindak sebagai penyesuai respons biologi, terbagi mnjd IL, INT, TNF-a & TNF-b.
  • Karakteristik periodontitis adlh banyak sel B yg ada di jaringan periodonsium.
  • Faktor yang mempengaruhi osteoimunologi oral adalah aktivitas osteoblast dalam mensekresi osteocalcin.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

  1. Kadri. Pengertian Imunitas. <http://kadri-blog.blogspot.com/2010/12/pengertian-imunitas.html>. (3 Oktober 2011)
  2. Sunarti. Sistem Kekebalan (Imunitas). <http://sunarti46.wordpress.com/about-aids/>. (3 Oktober 2011)
  3. Lavelle CLB. Applied Oral Physiology. 2nd ed. Wright – London, 1988, 49-61.
  4. Lehner T. Imunologi Pada Penyakit Mulut 4th ed, Jakarta, 1995: 43-54
  5. Anonymous. Oral Immunology – Introduction. <http://www.gla.ac.uk/ departments/ dentalschool/researchactivities/infectionandimmunity/oralimmunology/> (3 Oktober 2011)
  6. Anonimous. Sitokin. <http://www.news-medical.net/health/What-are-Cytokines-%28Indonesian%29.aspx>. (3 Oktober 2011)
  7. Lorenzo J. Osteoimmunology. <www.elsevier.com/wps/product/cws_home/723504>. (3 Oktober 2011)